Internasional

Jenderal Israel: Warga Palestina Harus Dibantai, Termasuk Anak-Anak

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 August 2025 10:45
Pasukan militer Israel mengirim sebuah truk kontainer berisi 88 mayat yang sudah membusuk ke Rumah Sakit di Jalur Gaza, Palestina. (AP/Abdel Kareem Hana)
Foto: Pasukan militer Israel mengirim sebuah truk kontainer berisi 88 mayat yang sudah membusuk ke Rumah Sakit di Jalur Gaza, Palestina. (AP/Abdel Kareem Hana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jenderal Israel mengatakan 50 warga Palestina harus mati untuk setiap orang yang terbunuh pada 7 Oktober 2023, tidak masalah jika mereka anak-anak. Hal ini terungkap dalam rekaman yang disiarkan oleh stasiun TV Channel 12 Israel, Minggu (17/8/2025).

Jenderal Aharon Haliva mengatakan jumlah korban tewas di Gaza, yang ia perkirakan lebih dari 50.000 orang, diperlukan sebagai pesan bagi generasi Palestina di masa depan.

"Mereka perlu Nakba sesekali untuk merasakan akibatnya," tambahnya, merujuk pada pengusiran massal lebih dari 700.000 warga Palestina dari rumah dan tanah mereka setelah pembentukan Israel pada tahun 1948. Nakba berarti bencana dalam bahasa Arab.

Banyak pemimpin dan media Israel telah menggunakan retorika genosida terhadap warga Palestina sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk menggambarkan mereka sebagai manusia, mengatakan "tidak ada orang tak bersalah" di Gaza, dan menyerukan penghancuran total Gaza dan pembersihan etnis.

Namun, deskripsi Haliva tentang kampanye pembunuhan massal yang melibatkan anak-anak merupakan deskripsi yang sangat lugas tentang hukuman kolektif terhadap warga sipil, yang ilegal menurut hukum internasional.

Haliva, yang mengundurkan diri dari jabatannya pada April 2024, juga tampaknya mendukung angka korban yang dikumpulkan oleh otoritas kesehatan di Gaza, yang sering diserang oleh pejabat Israel sebagai propaganda. Angka tersebut terbukti bisa diandalkan dalam konflik-konflik sebelumnya.

"Fakta bahwa sudah ada 50.000 korban tewas di Gaza diperlukan dan dibutuhkan untuk generasi mendatang," tambah Haliva dalam komentar siaran. "Untuk semua yang terjadi pada 7 Oktober, untuk setiap orang pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati. Sekarang, tidak masalah jika mereka anak-anak."

Channel 12 tidak menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan rekaman tersebut atau dengan siapa Haliva berbicara. Surat kabar Haaretz Israel menggambarkan rekaman tersebut sebagai format yang memungkinkan pensiunan perwira tersebut untuk "memberikan wawancara tanpa benar-benar diwawancarai".

Di kalangan warga Israel, Haliva secara luas dipandang sebagai kritikus beraliran tengah terhadap pemerintah saat ini dan para menteri sayap kanannya seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, sebagaimana yang dicatat sendiri oleh sang jenderal dalam komentar siaran.

Israel menyerang Gaza pada tanggal 7 Oktober selepas setelah milisi Hamas menyerbu Negeri Zionis. Jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Gaza melampaui 50.000 jiwa pada bulan Maret dan baru-baru ini meningkat di atas 60.000 jiwa.

Data terbaru Israel yang dipublikasikan tentang perang tersebut menyebutkan jumlah militan Hamas ang tewas sekitar 20.000 jiwa. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian besar warga Palestina yang tewas adalah warga sipil.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Bergerak! Negara Ini Larang Masuk Menteri Israel karena Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular