International

Fenomena Aneh di AS, Geger Daging Babi Biru Neon-Pemerintah Warning

Chandra Dwi Pranata , CNBC Indonesia
18 August 2025 17:40
Produksi Daging Babi RI Terus Merosot, Virus dari Afrika Jadi Pemicu
Foto: (Infografis/ Produksi Babi/ Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena aneh muncul di Amerika Serikat (AS). Ini setelah para pemburu hewan liar menemukan daging berwarna 'biru neon' di dalam tubuh babi hutan di California.

Hal ini memicu pernyataan peringatan tentang potensi kontaminasi terhadap hewan. Ini diungkap Dan Burton, pemilik perusahaan pengendalian satwa liar, di mana daging di tubuh babi hutan tersebut berwarna biru yang sangat mencolok.

"Saya tidak sedang membicarakan sedikit warna biru. Saya sedang membicarakan biru neon, tepatnya biru blueberry." kata Dan Burton, dikutip dari Science Alert, dikutip Senin (18/8/2025).

Investigasi oleh otoritas setempat juga dilakukan. Ditemukan bahwa perubahan warna yang dramatis tersebut disebabkan oleh keracunan rodentisida.

Peringatan telah dikeluarkan di seluruh wilayah Monterey County. Perlu diketahui, rodentisida sering dijual dalam bentuk pewarna untuk identifikasi dan penggunaannya telah sangat dibatasi di California sejak 2024.

"Para pemburu harus menyadari bahwa daging hewan buruan seperti babi hutan, rusa, beruang, dan angsa, mungkin terkontaminasi jika hewan buruan tersebut terpapar rodentisida," kata koordinator investigasi pestisida Departemen Perikanan dan Satwa Liar California (CDFW), Ryan Bourbour.

"Paparan rodentisida dapat menjadi kekhawatiran bagi satwa liar non-target di area yang aplikasinya dilakukan di dekat habitat satwa liar," tambahnya. mengatakan penemuan ini bukan pertama kalinya.

Diphacinone merupakan rodentisida generasi pertama yang berfungsi sebagai antikoagulan. Zat ini menyebabkan pendarahan internal yang parah.

Sementara rodentisida merupakan bahan kimia yang dirancang untuk membunuh hewan pengerat, seperti tikus dan mencit. Istilah ini sering digunakan secara umum untuk merujuk pada "racun tikus".

Predator, termasuk manusia, yang memakan hewan yang diracuni dengan racun tersebut dapat jatuh sakit. Pestisida juga berbahaya bagi manusia yang terpapar, dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma, serta meningkatnya diabetes, kanker, dan kondisi kesehatan lainnya.

Kelompok-kelompok perlindungan satwa liar di seluruh dunia telah lama mendesak untuk berhenti bergantung pada pestisida kimia karena kerusakan tambahan yang ditimbulkannya. 

Hewan sejatinya bukan menjadi target racun tersebut secara langsung atau terkena dampak paparan sekunder saat memakan hewan lain yang telah mengonsumsi racun tersebut. Sehingga menambah tekanan pada spesies yang sudah terancam punah.

CDFW mendesak siapa pun yang menemukan hewan berwarna biru atau kelainan lainnya untuk melaporkannya ke Laboratorium Kesehatan Satwa Liar.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babi Bawa Kabar Baik Perang Dagang AS-China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular