Internasional

Hujan Deras Semalaman Picu Banjir Bandang, 400 Tewas-Ratusan Hilang

luc, CNBC Indonesia
17 August 2025 07:17
Pemandangan umum daerah yang terkena banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras dan tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)
Foto: Pemandangan umum daerah yang terkena banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras dan tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Musibah banjir bandang yang dipicu hujan deras kembali melanda Asia Selatan, menewaskan lebih dari 400 orang di Pakistan, Kashmir yang dikelola India, dan Nepal. Ribuan warga kini terdampak, sementara ratusan orang lainnya masih dinyatakan hilang, memicu operasi penyelamatan besar-besaran di wilayah pegunungan Himalaya.

Di Pakistan barat laut, korban meninggal mencapai sedikitnya 321 orang hanya dalam waktu 48 jam terakhir. Otoritas setempat pada Sabtu (16/8/2025) melaporkan, lebih dari sepuluh desa di wilayah Buner, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, luluh lantak diterjang banjir bandang.

Juru bicara badan tanggap darurat Rescue 122, Bilal Faizi, mengatakan akses menuju lokasi bencana sangat sulit akibat jalan yang terputus dan tanah longsor. Kondisi itu membuat tim penyelamat terhambat mencapai masyarakat terdampak.

"Lebih dari 120 jenazah sudah ditemukan di daerah ini saja. Beberapa hari lalu, ini masih sebuah komunitas yang hidup dan berdenyut. Sekarang, yang tersisa hanya tumpukan batu besar dan puing-puing," ujar Faizi kepada CNN.

Bencana juga merenggut nyawa tim penyelamat. Lima awak helikopter dilaporkan tewas setelah pesawat jatuh ketika menjalankan misi bantuan di Khyber Pakhtunkhwa.

Krisis serupa juga terjadi di Kashmir yang dikelola India. Reuters melaporkan, sedikitnya 60 orang meninggal di kota Chashoti, sebuah destinasi populer bagi wisatawan peziarah Hindu, pada Jumat lalu. Lebih dari 200 orang lainnya masih hilang.

Di Nepal, korban jiwa dilaporkan mencapai 41 orang dengan 121 orang terluka, menurut otoritas penanggulangan bencana negara itu.

Kesaksian warga menggambarkan kedahsyatan bencana. "Saat hujan makin deras, rasanya seperti gempa bumi, tanah bergetar," kata Farhad Ali, mahasiswa asal Salarzai, Pakistan utara yang menjadi wilayah terdampak parah.

"Dalam hujan deras itu, keluarga saya berlari keluar rumah, dan kami melihat aliran lumpur serta batu besar menghantam sungai dekat rumah kami. Rasanya seperti kiamat sudah tiba, pemandangan itu seperti akhir dunia."

Hujan deras, longsor besar, dan banjir bandang memporak-porandakan kawasan Himalaya sejak awal Juni, saat musim monsun mulai berlangsung lebih ganas dari biasanya. Ribuan rumah rata dengan tanah, permukiman hanyut, dan jalan-jalan berubah menjadi sungai berarus deras.

Departemen Meteorologi Pakistan memperingatkan hujan masih akan meningkat mulai Minggu dan bisa memicu banjir bandang maupun banjir perkotaan di Khyber Pakhtunkhwa. Rekaman di media sosial memperlihatkan aliran air coklat pekat menyapu jalan-jalan dan rumah warga. Pemerintah meminta masyarakat menghindari kawasan wisata dan tidak nekat melintasi sungai.

Di sisi lain, Departemen Meteorologi India sebelumnya menyebut fenomena itu sebagai "cloudburst" atau hujan ekstrem yang turun lebih dari 100 milimeter hanya dalam waktu satu jam. Para analis memperingatkan krisis iklim akibat ulah manusia turut memperparah intensitas serta frekuensi banjir musiman di Himalaya tahun ini.

Video dramatis di Kashmir yang dikelola India memperlihatkan bangunan hancur disapu air, kendaraan terbawa arus, dan dinding lumpur serta puing-puing menggelinding dari lereng gunung.

Operasi penyelamatan masih terus berlangsung. Tentara dan polisi bekerja keras mencari korban hilang. Sebagian penyintas yang berhasil dievakuasi kini dirawat di rumah sakit.

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, pada Jumat memimpin rapat darurat di Islamabad membahas bencana hujan ekstrem dan upaya penyelamatan yang sedang dijalankan.

Kesaksian para penyintas menambah gambaran kelam situasi di lapangan. Abdul Majeed Bichoo, aktivis sosial berusia 75 tahun di Kashmir, menyebut apa yang disaksikannya sebagai "pemandangan kehancuran total dari segala arah."

Ia menuturkan melihat delapan jenazah ditarik dari bawah lumpur. "Itu pemandangan yang memilukan, sungguh tak tertahankan," ujarnya kepada The Associated Press. Meski begitu, ia mengatakan secara ajaib tiga ekor kuda berhasil ditemukan hidup.

Gelombang banjir besar bukan kali ini saja terjadi. Awal bulan ini, luapan air di negara bagian Uttarakhand, India utara, juga menewaskan sedikitnya empat orang di desa pegunungan Himalaya.

Akibat bencana terbaru, Kepala Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, membatalkan sejumlah acara peringatan Hari Kemerdekaan India yang jatuh pada Jumat. Sementara itu, jalur ziarah populer Machail Yatra menuju kuil tinggi Himalaya Machail Mata, yang biasanya ditempuh para peziarah Hindu dari Chasoti, juga terdampak karena akses jalan kendaraan terputus.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banjir Bandang Menghantam Saat Warga Tidur, 100 Orang Lebih Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular