Internasional

Pilu Nasib Tetangga Dekat RI: Warga Kelaparan, Ngais-Ngais Makanan

sef, CNBC Indonesia
15 August 2025 16:50
Suasana pasca gempa bumi dahsyat melanda Mandalay di Myanmar, Kamis (3/4/2025). (REUTERS/Stringer)
Foto: Myanmar. (REUTERS/Stringer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pilu kini dirasakan masyarakat negara tetangga dekat RI Myanmar, khususnya di wilayah barat. Mereka dilaporkan kelaparan dan terpaksa mengais-ngais makanan.

Mengutip AFP, Jumat (15/8/2025), untuk makanan seperti rebung saja, warga harus mencarinya sekuat tenaga. Para pekerja kemanusiaan memperingatkan bahwa blokade masa perang dan pemotongan bantuan, terutama oleh Amerika Serikat (AS), telah menyebabkan lonjakan kasus kelaparan.

"Hari baru telah berlalu, dan saya harus berjuang lagi untuk hari baru," kata pedagang buah Kyaw Win Shein di kota Mrauk U di negara bagian Rakhine, Myanmar.

"Keadaan semakin memburuk dari hari ke hari," tambah pria berusia 60 tahun itu, yang usahanya merosot karena harga naik dan pendapatan turun, menyebut massa suram yang mendorong banyak orang menjelajahi desa-desa untuk mencari makanan.

Negara bagian Rakhine merupakan wilayah pesisir Myanmar yang berbatasan dengan Bangladesh. Wilayah itu telah menyaksikan penderitaan yang hebat karena perang saudara di Myanmar, yang dipicu oleh kudeta tahun 2021 yang menggulingkan pemerintahan demokratis.

Dalam perang melawan kelompok etnis bersenjata, junta militer Myanmar memblokade wilayah tersebut. Junta membatasi pasokan bagi populasinya yang diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa.

Sebenarnya, negara bagian miskin ini telah lama menjadi fokus organisasi bantuan internasional. Tetapi pemotongan dana kemanusiaan di seluruh dunia yang dipelopori oleh pembekuan dana kemanusiaan AS di bawah Presiden Donald Trump telah membuat wilayah itu makin merana.

Pekan lalu, Program Pangan Dunia (WFP), yang menerima hampir setengah sumbangannya di tahun 2024 dari AS, memperingatkan bahwa 57% keluarga di Rakhine bagian tengah, sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan pokok. Angka tersebut meningkat 33% pada bulan Desember.

"Kombinasi mematikan dari konflik, blokade, dan pemotongan dana mendorong peningkatan dramatis dalam kelaparan dan malnutrisi," kata WFP.

Di wilayah Rakhine utara seperti Mrauk U situasi juga sama sulitnya. WFP bahkan memperingatkan situasinya jauh lebih buruk.

Di sana, warga mengatakan pupuk langka, mengurangi hasil panen dan membuat produk pertanian tidak terjangkau. Itu kemudian mendorong orang-orang untuk mengambil tindakan nekat dalam spiral kesengsaraan yang semakin parah.

"Saya bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan," kata pedagang buah Kyaw Win Shein.

"Semua orang sama," tegasnya.

Orang-Orang Kelaparan & Tak Punya Uang

Salah satu wilayah yang benar-benar dilanda kelaparan adalah Desa Ponnagyun. Daerah tersebut terletak tidak jauh dari ibu kota negara bagian Sittwe, di muara delta yang mengarah ke Teluk Benggala.

Kuliner Rakhine terkenal dengan hidangan lautnya yang segar dan dimasak secara sederhana, dan ikan masih dijual di pasar. Namun, orang-orang tidak punya uang tunai untuk membelinya.

"Orang-orang kelaparan di desa saya," kata seorang warga yang mengelola warung telepon umum Ponnagyun, tetapi meminta untuk tidak disebutkan namanya demi alasan keamanan.

"Orang-orang kebanyakan mencari dan memakan rebung," katanya.

"Orang-orang bisa memakannya, tetapi tidak bergizi."

Ia mengatakan hanya dua bantuan yang sampai ke komunitas mereka tahun lalu. Blokade konflik begitu efektif sehingga uang kertas, ujarnya, dibiarkan hancur karena terkikis di kantong pelanggan dan pedagang.

"Harga komoditas sangat tinggi," kata Hla Paw Tun, warga Mrauk U yang berusia 64 tahun.

"Banyak orang yang menjual, tetapi hanya sedikit yang membeli," katanya.

"Kami telah berjuang untuk bertahan hidup hari demi hari."

Perlu diketahui Rakhine juga menjadi lokasi dugaan kekejaman militer terhadap minoritas Rohingya sekitar tahun 2017. Beberapa negara menganggapnya sebagai genosida.

Lebih dari satu juta warga Rohingya kini tinggal di kamp-kamp perbatasan Bangladesh. PBB mengatakan bulan lalu gelombang pengungsi baru yang besar telah mencapai 150.000 orang selama 18 bulan terakhir.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Hanya Myanmar, Gempa Dangkal Patahan Darat Pernah Hantam Turki

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular