Internasional

Zelensky Akui Pertemuan Trump-Putin di Alaska Jadi Kemenangan Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 August 2025 13:40
U.S. President Donald Trump and Russian President Vladimir Putin hold a joint news conference after their meeting in Helsinki, July 16, 2018. REUTERS/Grigory Dukor
Foto: Reuters/Grigory Dukor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8/2025) dinilai para analis sebagai kemenangan diplomatik besar bagi Moskow, meski belum ada tanda-tanda gencatan senjata di Ukraina.

KTT yang digelar di Alaska menjadi momen langka bagi Putin, yang selama ini terisolasi dari Barat sejak invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Analis menilai pertemuan itu memulihkan citra internasional Rusia dan memberi ruang bagi Putin untuk memengaruhi langsung kebijakan Trump.

"Kunjungan Putin ke AS berarti keruntuhan total dari konsep mengisolasi Rusia," tulis televisi yang dikendalikan Kremlin yang dikutip The New York Times. Sergei Mikheyev, analis politik pro-Rusia, menyebut KTT ini sebagai "terobosan" meski tanpa kesepakatan substansial.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menilai KTT tersebut memberi keuntungan bagi Putin. "Putin akan menang dalam hal ini. Dia butuh foto dengan Presiden Trump," ujarnya.

Zelensky hingga kini menolak keras usulan Trump terkait "tukar-menukar wilayah", yang dinilai melanggar konstitusi dan kedaulatan Ukraina.

Sementara, menurut Ryhor Nizhnikau, peneliti senior di Institut Urusan Internasional Finlandia, KTT ini justru menguntungkan Rusia karena ancaman sanksi baru dari AS batal direalisasikan.

"Alih-alih dikenai sanksi, Putin mendapatkan pertemuan puncak," katanya.

Tatiana Stanovaya, peneliti Carnegie Russia Eurasia Center, menilai tujuan utama Putin bukanlah perdamaian, melainkan mendapatkan dukungan Trump terhadap proposal Rusia.

"Ini manuver taktis untuk membalikkan keadaan agar menguntungkannya," ujarnya.

Meski Trump menyebut KTT sebagai "pertemuan uji coba" dan siap menghentikannya jika perdamaian mustahil tercapai, analis memperingatkan bahwa Putin memiliki rekam jejak panjang dalam memanipulasi lawan politik.

"Masalahnya, Putin sudah melakukan ini seumur hidupnya," kata Nizhnikau.

Kremlin juga menegaskan tidak akan melepaskan wilayah yang telah direbut. "Di mana pun tentara Rusia melangkah, itu akan tetap dipegang Rusia," tegas anggota parlemen Konstantin Zatulin.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rudal Rusia Hantam Jemaat Gereja Ukraina, 34 Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular