
Trump-Putin Bakal Bertemu, Zelensky Ikut? Gedung Putih Jawab Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Alaska pekan depan. Pertemuan tersebut melibatkan berbagai pemimpin negara-negara Eropa, salah satu topik yang kemungkinan akan dibahas perihal konflik Rusia-Ukraina.
Pada 28 Februari 2025 lalu, Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat bertemu di Gedung Putih, namun belum menguntungkan kedua pihak. AS menginginkan Ukraina dan Rusia berdamai, namun Ukraina belum setuju karena wilayahnya terancam untuk diambil alih oleh Rusia.
Para pemimpin beberapa negara Eropa kemudian mengatakan bahwa sementara mereka mendukung upaya diplomatik Trump, setiap pembicaraan damai harus didahului dengan gencatan senjata dan Ukraina sendiri harus terlibat secara aktif.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak disebutkan sebagai peserta KTT Alaska pekan depan. Meski begitu, Gedung Putih klaim belum sepenuhnya mengesampingkan Zelensky.
Seorang pejabat Gedung Putih menekankan bahwa apa pun yang melibatkan Zelensky kemungkinan akan terjadi setelah pertemuan Trump-Putin. Di samping itu, Trump tetap terbuka untuk pertemuan puncak trilateral dengan kedua pemimpin.
"Gedung Putih sedang merencanakan pertemuan bilateral yang diminta oleh Presiden Putin," ujar pejabat tersebut, dilansir CNN International, Minggu (10/8/2025).
Sejak Trump mengumumkan rencana untuk bertemu dengan Putin, sejatinya telah ada upaya diplomatik intensif di belakang layar untuk membuat sekutu AS bergabung.
Pengumuman Trump terutama tidak mengatakan apakah atau kapan Zelensky akan dimasukkan dalam proses. Di samping itu, Zelensky dan para pemimpin Eropa telah menekankan bahwa Ukraina perlu menjadi bagian dari setiap diskusi tentang mengakhiri perang.
Di lain sisi, Volodymyr Zelensky pada hari Minggu mengatakan dia menghargai dan sepenuhnya mendukung pernyataan bersama.
"Ukraina memiliki kebebasan memilih atas takdirnya sendiri. Negosiasi yang berarti hanya dapat terjadi dalam konteks gencatan senjata atau pengurangan permusuhan. Jalan menuju perdamaian di Ukraina tidak dapat diputuskan tanpa Ukraina," bunyi pernyataan bersama.
"Kami tetap berkomitmen pada prinsip bahwa perbatasan internasional tidak boleh diubah dengan paksa. Jalur kontak saat ini harus menjadi titik awal negosiasi."
Pernyataan itu juga mengatakan setiap perjanjian diplomatik untuk mengakhiri perang harus mencakup jaminan keamanan yang kuat dan kredibel yang memungkinkan Ukraina untuk secara efektif mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deal! Rusia dan Ukraina Akhirnya Sepakat Gencatan Senjata, tapi...
