RI Belajar dari Inggris-China, Amankan Sumber Daya Alam Masing-Masing
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pentingnya strategi nasional dalam upaya mengamankan pasokan sumber daya alam. Salah satunya dengan mencontoh praktik yang dilakukan negara lain seperti Inggris dan China.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung memaparkan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis di dunia dari sisi cadangan maupun produksi komoditas tambang. Oleh sebab itu, hal ini menjadi dasar dan alasan kuat bagi pemerintah untuk mendorong hilirisasi.
Menurut dia, pengalaman negara maju menunjukkan bahwa peran aktif negara menjadi kunci keberhasilan program hilirisasi.
"Berdasarkan pelajaran dan pengalaman yang ada, ini justru kita lihat negara-negara maju itu justru ada kehadiran negara di situ," kata Yuliot dalam sambutan pada Wisuda Diploma Tiga ke-4 Tahun Akademik 2024/2025 sekaligus perayaan Dies Natalis ke-6 PEP Bandung di Jawa Barat, dikutip Kamis (14/8/2025).
Ia lantas mencontohkan seperti apa yang dilakukan Inggris dengan menerapkan larangan ekspor wol mentah pada abad ke-16, yang memicu pertumbuhan pesat industri tekstil dan menjadikan Inggris pionir revolusi industri.
"Itu justru mereka untuk mendorong industri tekstil, itu justru mereka melarang ekspor wol ke luar negeri," katanya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh China yang melarang ekspor logam tanah jarang (LTJ) dalam bentuk mentah, sehingga menguasai sekitar 90% pasar global berkat kemampuan ekstraksi dan pengolahan dalam negeri.
"Ini juga China merupakan negara pertama yang melakukan ekstraksi terhadap logam tanah jarang, dan juga saat ini untuk logam tanah jarang ini ketergantungan global terhadap China itu justru sangat besar, sekitar 90% dari logam tanah jarang itu diproduksi dan juga diolah di China sendiri," katanya.
Data Cadangan Minerba RI
Lantas, berapa sebenarnya besaran cadangan mineral dan batu bara RI? Simak datanya sebagai berikut, mengutip data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Nasional tahun 2025:
1. Batu Bara
Berdasarkan data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Nasional tahun 2025, total cadangan batu bara RI per tahun 2024 mencapai 31,95 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 14,418 miliar ton dan cadangan terbukti 17,536 miliar ton.
Artinya, apabila produksi batu bara nasional per tahun rata-rata dipukul 700 juta ton, maka sisa umur cadangan batu bara nasional hanya sampai 45 tahun.
2. Nikel
Kemudian untuk nikel, berdasarkan data tersebut total cadangan bijih nikel per tahun 2024 tercatat sebesar 5,913 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 3,818 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 2,095 miliar ton. Artinya, apabila produksi bijih nikel per tahun diestimasikan sebesar 173 juta ton seperti data tahun 2024, maka sisa umur cadangan bijih nikel RI diperkirakan hanya sampai 34 tahun.
3. Timah
Selanjutnya untuk timah, berdasarkan data tersebut, total cadangan bijih timah per tahun 2024 tercatat sebesar 6,430 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 5,138 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 1,292 miliar ton.
4. Bauksit
Kemudian untuk bauksit, berdasarkan data tersebut total cadangan bijih bauksit per tahun 2024 tercatat sebesar 2,865 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 1,855 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 1,010 miliar ton. Artinya, dengan asumsi produksi bijih bauksit rata-rata per tahun dipatok 8,362 juta ton, maka sisa umur cadangan bijih bauksit tinggal 343 tahun.
5. Tembaga
Berikutnya tembaga, berdasarkan data tersebut total cadangan bijih tembaga per tahun 2024 tercatat sebesar 2,857 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 1,781 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 1,075 miliar ton. Artinya, dengan asumsi produksi bijih tembaga rata-rata per tahun dipatok 108 juta ton, maka sisa umur cadangan bijih tembaga diperkirakan hanya 26 tahun.
(ven/wia)