Pedagang Daging Sapi Curhat, Hidup Merana-Omzet Mepet untuk Hidup
Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan mengungkapkan omzet dari penjualan daging sapi sudah tidak sebesar dahulu. Hal ini diungkap oleh beberapa pedagang karena harga daging sapi yang terus bertahan tinggi di atas Rp 100.000 per kilogram (kg).
Sofyan, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Kemiri Muka mengungkapkan omzet penjualannya sudah turun hingga 60%.
"Jualan daging sapi sekarang paling dapat Rp 500 ribu saja sudah alhamdulillah, dulu bisa dapat jutaan, sekarang susah, intinya turun lebih dari 50% lah," kata Sofyan saat ditemui CNBC Indonesia, Selasa (12/8/2025).
Bahkan, penghasilan dari penjualan daging sapi hanya cukup untuk menghidupi keluarganya, di mana dulu jauh berbeda.
"Sekarang ya duitnya muter-muter di situ saja, ya hanya cukup buat menghidupi keluarga. Dulu waktu masih ramai, kita gak pusing mikir duit buat sekolah anak, sekarang, ya pusing, kadang cukup, kadang enggak," tambah Sofyan.
Retan, salah satu pedagang daging sapi mengungkapkan pembeli sudah berkurang drastis semenjak harga daging sapi bertahan di atas Rp 100.000 per kg.
"Iya betul, sepi, dulu ramai, gak tau gejala-gejala ekonomi gimana gitu, pembeli sudah berkurang gitu, sepertinya semenjak harga daging di atas Rp 100.000 per kg," timpal Retan.
Retan pun mengakui banyak rekannya yang juga merupakan pedagang daging sapi beralih menjual daging ayam karena masih ada kepastian untuk mendapatkan keuntungan.
"Iya, dulu di sini banyak yang jualan daging sapi. Tapi semenjak harga makin mahal, orang-orang pada mikir-mikir dong, dan mereka lebih memilih beli daging ayam ketimbang daging sapi," tambah Retan.
Sementara itu di Pasar Minggu, Dede, salah satu pedagang daging sapi mengungkapkan kini selisih modal dengan harga jual yang tipis membuat dari penghasilannya, Ia hanya sanggup menghidupi keluarganya saja.
"Modal Rp 93.000, kita jual Rp 120.000, terus pembeli jarang ada yang beli, ya sudah, cuma cukup buat menghidupi keluarga, itu pun terkadang mepet," kata Dede.
Dede menambahkan, penjualan daging sapi biasanya cukup kencang saat Lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Tetapi, Ia tidak mungkin hanya mengharapkan momentum dua lebaran itu.
"Sebenarnya 2 Lebaran tahun ini, pembeli masih banyak ya, sampai harga naik saking permintaan tinggi, tapi tidak mungkin kalau hanya berharap dari lebaran, kan cuma terjadi 2 kali dalam setahun," tambah Dede.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (ASDI), Asnawi mengatakan rata-rata penurunan omzet penjualan daging sapi di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 50%, membuat para pedagang merana.
"Nah dalam posisi ini, selalu saya melihat itu lebih dari 50% penurunan penjualan para pedagang daging sapi. Penjualannya sangat merosot, dan sekarang yang lebih banyak berperan ya industri-industri seperti produsen kornet, bakso, sosis, dan lain-lain," kata Asnawi.
Bahkan, Asnawi mengakui banyak pedagang daging sapi yang beralih berjualan menjadi pedagang daging ayam.
"Betul, ada pergeseran pedagang dari sebelumnya berjualan daging sapi ke daging ayam, karena mereka ingin tetap hidup ya, kalau terus-terusan berharap dari jualan daging sapi, cukup sulit," terang Asnawi.
Menurut catatan APDI, jumlah pedagang daging sapi di Indonesia sekitar 1,25 juta orang. Saat ini, tinggal tersisa 462.500 orang atau menghilang 787.500 orang.
(chd/wur)