
Ribuan Warga Israel Turun ke Jalan Tentang Rencana Ambil Alih Gaza

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Tel Aviv pada Sabtu malam untuk menentang rencana Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan intensitas perang Gaza.
Sehari sebelumnya, kantor perdana menteri Israel mengatakan kabinet keamanan telah memutuskan untuk merebut Kota Gaza dan memperluas operasi militer di wilayah Palestina yang hancur meskipun ada pertentangan publik yang meluas dan peringatan dari militer bahwa langkah tersebut dapat membahayakan para sandera.
Demonstrasi hari Sabtu di Tel Aviv menarik lebih dari 100.000 pengunjuk rasa, mengutip The Guardian. Para pendemo menuntut diakhirinya segera kampanye militer dan pembebasan para sandera.
"Ini bukan hanya keputusan militer. Ini bisa menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang paling kita cintai," kata Lishay Miran Lavi, istri sandera Omri Miran, pada demonstrasi tersebut.
Dia pun memohon Donald Trump untuk campur tangan untuk segera mengakhiri perang.
Jajak pendapat publik menunjukkan mayoritas warga Israel mendukung diakhirinya perang segera untuk mengamankan pembebasan 50 sandera yang tersisa yang ditahan oleh militan di Gaza. Para pejabat Israel yakin sekitar 20 sandera masih hidup.
Pemerintah Israel telah menghadapi kritik tajam di dalam dan luar negeri, termasuk dari beberapa sekutu terdekatnya di Eropa, atas pengumuman militer akan memperluas perang. Kabinet pemerintahan Netanyahu diperkirakan akan memberikan persetujuannya paling cepat pada hari ini, Minggu (10/8/2025).
Sebagian besar sandera warga Israel yang telah dibebaskan muncul sebagai hasil negosiasi diplomatik. Perundingan menuju gencatan senjata yang seharusnya dapat membebaskan lebih banyak sandera pada bulan Juli.
"Mereka (pemerintah) fanatik. Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan negara," kata Rami Dar, pensiunan berusia 69 tahun, yang datang dari pinggiran kota terdekat di luar Tel Aviv.
Dia juga menggemakan seruan agar Trump memaksakan kesepakatan bagi para sandera.
Tel Aviv kerap diwarnai demonstrasi yang mendesak pemerintah untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas, yang memicu perang dengan serangan mereka pada Oktober 2023.
"Sejujurnya, saya bukan ahli atau semacamnya, tetapi saya merasa setelah dua tahun pertempuran, tidak ada keberhasilan," kata Yana, 45 tahun, yang menghadiri demonstrasi tersebut bersama suami dan dua anaknya.
"Saya bertanya-tanya apakah tambahan nyawa bagi kedua belah pihak, bukan hanya warga Israel tetapi juga warga Gaza, akan membuat perbedaan."
Sebagian besar sandera yang telah dibebaskan muncul sebagai hasil negosiasi diplomatik. Perundingan menuju gencatan senjata yang seharusnya bisa membebaskan lebih banyak sandera gagal pada bulan Juli.
"Mereka (pemerintah) fanatik. Mereka melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan negara," kata Rami Dar, pensiunan berusia 69 tahun, yang datang dari pinggiran kota terdekat di luar Tel Aviv, menggemakan seruan agar Trump memaksakan kesepakatan bagi para sandera.
Tel Aviv telah sering menyaksikan demonstrasi yang mendesak pemerintah untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas, yang memicu perang dengan serangan mereka pada Oktober 2023.
"Sejujurnya, saya bukan ahli atau semacamnya, tapi saya merasa setelah dua tahun bertempur, belum ada hasil," kata Yana, 45 tahun, yang menghadiri demonstrasi bersama suami dan dua anaknya.
"Saya bertanya-tanya apakah tambahan nyawa bagi kedua belah pihak, bukan hanya warga Israel tetapi juga warga Gaza, akan berpengaruh," ungkapnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 8 Update Perang Gaza: Netanyahu Warning Hamas-Laut Merah Membara
