Internasional

Trump Ketemu Putin, Zelensky Teriak Penjajah

Thea Arbar, CNBC Indonesia
09 August 2025 16:43
Kombinasi foto menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (AFP via Getty Images)
Foto: Kombinasi foto menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska pada 15 Agustus 2025 untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.

Trump mengumumkan rencana pertemuan tersebut pada Jumat (8/8/2025) melalui media sosial, menyebut kedua belah pihak, termasuk Ukraina, hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang berpotensi mengakhiri konflik tiga setengah tahun. Ia mengisyaratkan bahwa kesepakatan itu dapat mencakup pertukaran wilayah.

"Akan ada pertukaran wilayah untuk kebaikan keduanya," ujar Trump di Gedung Putih.

Namun, Presiden Volodymyr Zelensky langsung menolak kemungkinan tersebut. Dalam pidato video yang diunggah di Telegram pada Sabtu (9/8/2025), ia menegaskan konstitusi Ukraina melarang penyerahan wilayah.

"Ukraina tidak akan menghadiahkan tanah kepada penjajah. Keputusan tanpa Ukraina adalah keputusan yang menentang perdamaian," tegas Zelensky, seperti dikutip Reuters.

Kremlin mengonfirmasi pertemuan itu melalui pernyataan daring, dengan ajudan Putin, Yuri Ushakov, mengatakan kedua pemimpin akan membahas opsi resolusi damai jangka panjang.

"Ini jelas akan menjadi proses yang menantang, tetapi kami akan terlibat di dalamnya secara aktif dan penuh semangat," kata Ushakov.

Putin mengklaim empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson serta Krimea yang dianeksasi pada 2014, meskipun pasukan Rusia belum menguasai seluruh area tersebut.

Bloomberg sebelumnya melaporkan adanya upaya pejabat AS dan Rusia untuk merumuskan kesepakatan yang mengunci pendudukan Moskow di wilayah yang direbut. Namun, seorang pejabat Gedung Putih menyebut laporan itu hanya spekulasi.

Tyson Barker, peneliti senior Atlantic Council, menilai usulan kesepakatan tersebut hampir pasti ditolak Kyiv. "Hal terbaik yang dapat dilakukan Ukraina adalah tetap teguh pada keberatan dan persyaratan mereka, sambil menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan Amerika," ujarnya.

Trump, yang sejak kembali ke Gedung Putih berupaya memperbaiki hubungan dengan Rusia, juga mengancam akan menjatuhkan sanksi dan tarif baru kepada Moskow jika Putin tidak menghentikan serangan. Pekan ini, pemerintah AS mengenakan tarif tambahan 25% pada barang dari India yang mengimpor minyak Rusia, menjadi sanksi finansial pertama terhadap Moskow di masa jabatan keduanya.

Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, telah bertemu Putin di Moskow selama tiga jam pada Rabu lalu. Kedua belah pihak menyebut pertemuan itu konstruktif.

Sementara itu, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyebut jeda konflik kemungkinan sudah dekat, meski belum berarti berakhirnya perang.

"Ada sinyal tertentu, dan mungkin pembekuan konflik sudah semakin dekat daripada semakin jauh," kata Tusk usai bertemu Zelensky.

Ukraina sebelumnya menyatakan terbuka pada fleksibilitas diplomatik, namun kehilangan sekitar seperlima wilayahnya akan menjadi pukulan politik besar bagi pemerintahan Zelensky.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Perang Rusia-Ukraina? Putin Respons Gencatan Senjata Zelensky

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular