Jangan Kaget! Airlangga Cs Ungkap Pemicu Ekonomi RI Tumbuh 5,12%

Arrijal Rachman , CNBC Indonesia
06 August 2025 06:55
Konferensi pers Menteri Koordinator Bidang Perekonomian terkait realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2025 di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2025). (CNBC Indonesia/Zahwa)
Foto: Konferensi pers Menteri Koordinator Bidang Perekonomian terkait realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2025 di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2025). (CNBC Indonesia/Zahwa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengklaim fondasi perekonomian Indonesia terbukti kokoh dengan kinerja solid melalui capaian pertumbuhan sebesar 5,12% (yoy) pada kuartal II -2025 di tengah ketidakpastian global.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers terkait Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II tahun 2025 di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

"Alhamdulillah kita kembali ke jalur 5%, jadi 5,12%. Indonesia hanya di bawah China yang 5,2%. Beberapa negara di bawah kita mulai Malaysia, Singapura, kemudian berbagai negara lain, termasuk Amerika yang 2%, kemudian Korea juga relatif rendah, sehingga di antara negara G20 dan ASEAN, kita salah satu yang tertinggi," tegas Airlangga, dikutip Rabu (6/8/2025).

Airlangga memaparkan pertumbuhan kuartal II-tahun 2025 didukung oleh kinerja positif di seluruh lapangan usaha. Tiga sektor utama dengan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sektor Industri Pengolahan dengan share 18,67% dan pertumbuhan 5,68%, disusul oleh sektor Pertanian dengan share 13,83% dan tumbuh 1,65%, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang berkontribusi 13,02% dan mencatatkan pertumbuhan 5,37%.

"Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas produksi untuk memenuhi permintaan domestik maupun ekspor," ujarnya.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki share 54,25% mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,97% dan sekaligus mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

Sementara itu, PMTB yang mencerminkan aktivitas investasi, mencatat pertumbuhan 6,99% dengan share 27,83%. Pertumbuhan PMTB sendiri didorong oleh peningkatan permintaan barang modal untuk mendukung ekspansi produksi.

"Dari sisi sektor eksternal Indonesia, relatif Indonesia masih menjaga ketahanan, di mana kalau kita lihat cadangan devisa masih USD152,6 miliar. Kemudian, neraca pembayaran juga masih relatif baik, selama 62 bulan terjaga surplus. Dan rasio utang kita juga masih relatif terjaga di 30%," imbuh Airlangga.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menunjukkan inklusivitas yang semakin kuat. Wilayah Jawa mencatat pertumbuhan sebesar 5,24%, sementara Sulawesi bahkan mencatat angka lebih tinggi, yakni 5,83%. Pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Indonesia terutama digerakkan oleh sektor pengolahan sumber daya alam.

Selain itu, periode Triwulan II-2025 juga ditandai oleh berbagai indikator yang mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi domestik. Konsumsi masyarakat pada periode ini menunjukkan peningkatan, tercermin dari penjualan eceran yang naik 1,19% (yoy) dan transaksi elektronik yang tumbuh 6,26% (yoy).

Melalui upaya Pemerintah untuk mendorong mobilitas masyarakat dan pariwisata, terutama saat libur nasional, jumlah perjalanan wisata domestik meningkat signifikan hingga 22,32%. Lebih jauh, Pemerintah juga akan kembali melanjutkan kebijakan stimulus di sektor transportasi di masa liburan Natal dan Tahun Baru tahun ini.

Dari sisi investasi, kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi nasional tetap terjaga. Hal ini tercermin dari realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang mencapai Rp477,7 triliun atau tumbuh 11,51% (yoy). Selain itu, belanja modal Pemerintah juga menunjukkan peningkatan sebesar 30,37% (yoy).

Belanja Pemerintah Loyo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui adanya pertumbuhan konsumsi pemerintah yang masih kontraksi pada kuartal II-2025.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi pemerintah yang menjadi salah satu bagian dari komponen pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi atau minus 0,33%.

"Hal ini karena tahun lalu, Januari-Juni pengeluaran pemerintah pada masa Pemilu itu tumbuh di atas 12%, jadi kalau sekarang masih kontraksi itu karena baseline tahun lalu cukup tinggi," kata Sri Mulyani saat konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Meski begitu, Sri Mulyani memperkirakan, seharusnya pada kuartal II-2025 ini konsumsi atau belanja pemerintah tekanan sudah berkurang. Ia memperkirakan, kontraksinya seharusnya hanya minus -0,2%.

"Sebetulnya kami mengharapkan di kuartal II sudah mulai positif. Estimasi kami sebetulnya di sekitar 0,2% jadi BPS mengeluarkan dengan kontraksi 0,33% ini artinya kita harus bekerja lebih keras," tegasnya.

Sri Mulyani mengatakan, dengan catatan ini, ke depan pemerintah akan bekerja keras untuk mendorong belanja negara, baik yang terdistribusi di Kementerian atau Lembaga (K/L) maupun di Pemerintah Daerah atau Pemda.

"Ini berarti kita harus bekerja lebih keras dari seluruh Kementerian atau Lembaga beserta Pemda untuk mengakselerasi belanjanya," papar Sri Mulyani.

Tapi Sri Mulyani mengingatkan, kontraksi belanja pemerintah pada kuartal II-2025 ini sudah lebih baik dari kontraksi belanja pemerintah pada kuartal I-2025 yang minusnya mencapai 1,37%.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Target Pertumbuhan di Bawah 6%, PKB Kritik Pemerintah Kurang Optimis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular