Internasional

Trump Ngajak Ribut Eks Presiden Rusia, India Dibawa-bawa

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 01/08/2025 13:35 WIB
Foto: Sputnik/Ekaterina Shtukina/Pool via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memanaskan tensi geopolitik global dengan melemparkan pernyataan terhadap sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan India.

Dalam unggahan di platform Truth Social, ia menyerang Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia dan sekutu dekat Vladimir Putin, dengan menyebut bahwa Medvedev "telah memasuki wilayah berbahaya" dan harus "berhati-hati dengan ucapannya."

Pernyataan ini muncul setelah Medvedev mencemooh ajakan Senator AS Lindsey Graham agar Rusia segera duduk di meja perundingan untuk mengakhiri invasi ke Ukraina.


"Rusia dan AS hampir tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu, dan beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, untuk berhati-hati dalam berbicara. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!" tegas Trump dalam unggahan tersebut, seperti dikutip Newsweek, Jumat (1/8/2025).

Trump juga mengancam akan mempercepat tenggat waktu gencatan senjata yang ia tetapkan untuk Rusia. Setelah sebelumnya memberi batas 50 hari, kini ia mengklaim hanya memberikan waktu sekitar "10 hingga 12 hari" agar Moskow menghentikan serangan militernya terhadap Ukraina.

Tak hanya Rusia, Trump juga meluapkan kemarahannya kepada India, negara yang selama ini menjadi salah satu pembeli terbesar minyak Rusia. Ia menuding India dan Rusia memiliki "ekonomi yang mati" dan mengumumkan tarif sebesar 25% untuk seluruh barang asal India, berlaku mulai 1 Agustus.

"Saya tidak peduli apa yang India lakukan terhadap Rusia. Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, saya tidak peduli," ujar Trump.

Dalam unggahan terpisah, Trump juga menyoroti ketimpangan perdagangan antara AS dan India.

"Meskipun India adalah teman kami, selama bertahun-tahun kami hanya berbisnis relatif sedikit dengan mereka karena tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia, dan hambatan perdagangan non-moneter mereka sangat menjengkelkan," tulis Trump.

Menanggapi pernyataan Trump, Kementerian Perdagangan dan Industri India menyatakan sedang mengkaji dampak kebijakan tersebut.

"Pemerintah telah memperhatikan pernyataan Presiden AS tentang perdagangan bilateral. Pemerintah sedang mempelajari implikasinya. India dan AS telah terlibat dalam negosiasi untuk mencapai perjanjian perdagangan bilateral yang adil, seimbang, dan saling menguntungkan selama beberapa bulan terakhir. Kami tetap berkomitmen pada tujuan tersebut," demikian pernyataan resmi kementerian.

Sementara itu, Medvedev menanggapi kritik dari Senator Lindsey Graham dengan nada sarkastis dan menegaskan bahwa Rusia tidak akan bernegosiasi hingga semua tujuan militernya tercapai.

"Bukan tugasmu atau Trump untuk mendikte kapan harus 'pergi ke meja perundingan'. Negosiasi akan berakhir ketika semua tujuan operasi militer kita telah tercapai. Utamakan Amerika dulu, kakek!" sindir Medvedev.

Medvedev saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dan dikenal dengan retorika tajam serta sarkasme di media sosial.

Senator Graham juga memperingatkan negara-negara yang membeli minyak Rusia, termasuk India dan Brasil, bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi serius jika terus mendanai perang Moskow.

"Inilah yang akan saya katakan kepada China, India, dan Brasil: Jika kalian terus membeli minyak Rusia yang murah untuk membiarkan perang ini berlanjut, kami akan menghancurkan kalian, dan kami akan menghancurkan ekonomi kalian," ujar Graham dalam wawancara dengan Fox News.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Udara Rusia Hantam Penjara dan RS di Ukraina