
Kena Warning Trump, Diam-Diam Tetangga Asia RI Dukung Perang Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perusahaan India mengirimkan senyawa peledak senilai US$ 1,4 juta (Rp 22,8 miliar) untuk keperluan militer ke Rusia pada bulan Desember. Hal ini tetap dilakukan meskipun Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada entitas mana pun yang mendukung upaya perang Rusia di Ukraina.
Salah satu perusahaan Rusia yang terdaftar sebagai penerima senyawa tersebut, yang dikenal sebagai HMX atau octogen, adalah produsen bahan peledak Promsintez, yang menurut seorang pejabat di dinas keamanan SBU Ukraina memiliki hubungan dengan militer Moskow. Pejabat tersebut mengatakan bahwa Ukraina melancarkan serangan pesawat tak berawak pada bulan April terhadap sebuah pabrik milik Promsintez.
Pemerintah AS telah mengidentifikasi HMX sebagai "penting bagi upaya perang Rusia" dan telah memperingatkan lembaga keuangan agar tidak memfasilitasi penjualan zat tersebut ke Moskow. Menurut Pusat Informasi Teknis Pertahanan Pentagon dan program penelitian pertahanan terkait, HMX banyak digunakan dalam hulu ledak rudal dan torpedo, motor roket, proyektil peledak, dan bahan peledak berikat plastik untuk sistem militer canggih.
HMX juga dikenal sebagai "bahan peledak berkekuatan tinggi," yang berarti bahan peledak ini meledak dengan cepat dan dirancang untuk penghancuran maksimum.
"Departemen Keuangan AS memiliki wewenang untuk memberikan sanksi kepada mereka yang menjual HMX dan zat serupa ke Rusia," menurut tiga pengacara sanksi kepada Reuters, Kamis (24/7/2025).
Produsen pertahanan Rusia telah bekerja keras selama beberapa tahun terakhir untuk mendukung perang Presiden Vladimir Putin di Ukraina, yang semakin intensif dengan invasi besar-besaran Rusia ke negara tetangganya itu pada tahun 2022.
India, yang baru-baru ini menjalin hubungan lebih erat dengan AS dalam upaya mengimbangi pengaruh China yang semakin besar, tidak meninggalkan hubungan militer dan ekonominya yang telah lama terjalin dengan Moskow. Perdagangan India dengan Rusia tetap kuat, meskipun negara-negara Barat telah mencoba melumpuhkan ekonomi perang Rusia dengan sanksi.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengancam pada awal Juli akan mengenakan tarif 100% jika negara-negara tersebut terus membeli minyak mentah Rusia. Washington merasa hal ini akan terus memenuhkan kocek Kremlin untuk melanjutkan perang.
Menanggapi situasi ini, Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa pihaknya menilai pengiriman ini tidak melanggar sejumlah aturan yang berlaku di Negeri Bollywood itu. Pasalnya, pengiriman hal semacam ini telah melalui penilaian yang ketat.
"India telah melaksanakan ekspor barang-barang dwiguna dengan mempertimbangkan kewajiban internasionalnya terkait nonproliferasi, dan berdasarkan kerangka hukum dan peraturan yang kuat yang mencakup penilaian holistik terhadap kriteria yang relevan terkait ekspor tersebut," ujar lembaga itu.
Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS tidak mengomentari pengiriman spesifik yang diidentifikasi. Namun, mereka mengatakan telah berulang kali menyampaikan kepada India bahwa perusahaan yang menjalankan bisnis terkait militer berisiko terkena sanksi.
"India adalah mitra strategis yang dengannya kami terlibat dalam dialog penuh dan terbuka, termasuk mengenai hubungan India dengan Rusia," kata seorang juru bicara.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Uni Eropa Siap Perketat Sanksi Rusia, Hungaria Ogah Setuju
