RI Kaya Energi Fosil, Tapi Impor BBM-LPG Besar-besaran

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
19 July 2025 20:00
Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyebut Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya ini meliputi energi fossil, seperti Batu Bara dan gas.

Bahkan kata dia minyak mentah tersebut memiliki cadangan yang besar dan batu bara yang mampu memenuhi produksi hingga 900 juta. Namun, di tengah kekayaan tersebut, Indonesia masih melakukan impor untuk kebutuhan energi.

"Jadi di tengah-tengah kemewahan, keberlimpahan sumber energi yang kita miliki, kebutuhan sehari-hari kita masih harus dipenuhi dari sumber-sumber luar," kata dia dalam Coffee Morning CNBC Indonesia, Rabu (17/7/2025).

Dia juga menjelaskan dengan cadangan gas dan batu bara tersebut, pemerintah saat ini masih dihadapkan pada permasalahan impor Liquefied Propane and Butane alias LPG. Ini dikarenakan adanya defisit gas yang datang lebih awal dari proyeksi sebelumnya.

"Tahun kemarin (volume subsidi LPG) 8,17 juta kiloliter bertambah. Itu pun impor, 75% LPG yang kita miliki sekarang untuk dipakai untuk masak itu impor," kata Eddy.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari-Desember 2024 RI mengimpor LPG sebanyak 3,94 miliar kilo gram (kg) atau sekitar 3,94 juta ton dari Amerika Serikat.

Adapun nilai impor LPG dari AS selama 2024 tersebut tercatat mencapai US$ 2,03 miliar atau sekitar Rp 32,22 triliun (kurs rata-rata sepanjang 2024 Rp 15.847 per US$).

Selain LPG, RI ternyata juga mengimpor minyak mentah (crude) dari AS. Namun, sepanjang 2024 impor minyak dari AS tercatat 668,47 juta kg dengan nilai sebesar US$ 430,87 juta atau sekitar Rp 6,8 triliun.

BPS mencatat, total impor LPG, liquefied propane dan butane, sepanjang 2024 mencapai 6,89 miliar kg atau 6,89 juta ton. Adapun total nilai impor LPG pada 2024 tercatat mencapai US$ 3,79 miliar.

Artinya, impor LPG dari Amerika Serikat mendominasi, yakni mencapai 57% dari total volume impor LPG RI. Sementara dari sisi nilai, impor LPG dari AS mencapai 53% dari total impor LPG RI.

"Ini yang menjadi problem. Karena banyak di antara para pelaku usaha yang saat ini sudah harus bertransformasi dari pemanfaatan sumber-sumber energi fosil yang mau bertransisi ke sumber energi terbarukan menggunakan gas sebagai sarana untuk transisi tersebut," tegas Eddy.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Izin Impor BBM Bakal Dipersingkat Jadi 6 Bulan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular