Internasional

Tarif Trump 50% Getarkan Brasil, Bikin Sekutu Bolsonaro Kocar-Kacir

tfa, CNBC Indonesia
Rabu, 16/07/2025 06:05 WIB
Foto: REUTERS/Paulo Whitaker

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif impor sebesar 50% terhadap Brasil mengejutkan banyak pihak, termasuk sekutu mantan Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro. Alih-alih membantu, kebijakan ini justru dinilai dapat merusak perekonomian Brasil dan memperkuat posisi lawan politik Bolsonaro, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.

Trump menyatakan tarif ini sebagai bentuk dukungan terhadap Bolsonaro, yang saat ini sedang menghadapi sidang Mahkamah Agung atas dugaan merencanakan kudeta usai kalah dalam pemilu 2022. Dalam suratnya, Trump menyebut Bolsonaro sebagai korban dari "perburuan penyihir".

Namun, tiga orang dari lingkaran dalam Bolsonaro mengaku terkejut dan khawatir langkah ini justru menjadi bumerang. "Mereka berharap sanksi ditujukan pada hakim, bukan ekonomi Brasil," ungkap salah satu sumber yang menolak disebutkan namanya, seperti dikutip Reuters pada Rabu (16/7/2025).


Bolsonaro sendiri, yang saat ini dicekal dari pencalonan publik hingga 2030, menyatakan simpati kepada rakyat yang terdampak tarif ini. "Saya tidak senang melihat produsen kita menderita akibat tarif 50% ini," katanya di media sosial, menambahkan bahwa solusi ada di tangan otoritas Brasil.

Langkah Trump dinilai dapat memukul berbagai sektor utama ekspor Brasil, mulai dari kopi, jeruk, peternakan hingga industri penerbangan. Analis menilai tekanan ekonomi justru bisa memicu gelombang nasionalisme yang menguntungkan Lula, yang saat ini popularitasnya tengah menurun.

"Panji nasionalisme punya daya tarik yang sangat signifikan, terutama di kalangan sayap kanan," kata Graziella Testa, profesor ilmu politik di Fundação Getulio Vargas, Brasilia.

Editorial harian konservatif O Estado de São Paulo bahkan menyindir keras kubu Bolsonaro. "Mengenakan topi Trump hari ini berarti berpihak pada orang yang tidak berguna yang bisa merusak ekonomi Brasil," tulisnya.

Mantan presiden tersebut mencoba menjaga hubungan baik dengan Trump, sementara sekutu-sekutunya di Brasil tampak gamang. Eduardo Bolsonaro, putra Bolsonaro yang aktif melobi dukungan di Washington, belum berkomentar atas situasi tersebut.

Gubernur São Paulo, Tarcisio de Freitas, yang disebut sebagai penerus politik Bolsonaro, awalnya menyalahkan ideologi Lula atas tarif ini. Namun kemudian mengalihkan fokus ke AS dan mengatakan telah berdialog dengan Kedutaan Besar AS di Brasilia untuk mencari solusi.

Sementara itu, anggota parlemen sayap kanan keras menolak kompromi dan tetap menyalahkan pemerintahan Lula. "Tidak mungkin meminta Trump memperlakukan kediktatoran seperti demokrasi," tulis seorang anggota di X, menuding Lula menjalankan pemerintahan otoriter.

Situasi ini menempatkan kubu Bolsonaro dalam posisi serba salah, di mana mereka mendukung Trump tetapi menanggung beban politik dan ekonomi yang ditimbulkan tarif tinggi tersebut.


(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Kembali Kecam Gubernur The Fed Hingga Ancam Brasil