Cari Restu Penerimaan Pasar, Nikel RI Tingkatkan Standar ESG

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Rabu, 09/07/2025 19:15 WIB
Foto: Ilustrasi Nikel. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan para penambang nikel di Indonesia saat ini tengah meningkatkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) agar nikel Indonesia bisa diterima oleh pasar dunia yang saat ini mengedepankan aspek tersebut.

Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan saat ini pihaknya tengah mendorong perusahaan nikel dalam negeri untuk menambah standar aspek ESG dalam operasinya.


Bahkan, dia mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan beberapa perusahaan pengukur standar ESG untuk bisa diterapkan pada operasi nikel di Indonesia.

"Pada saat nanti kita ada penambahan untuk standar ESG. Kita saat ini sedang menyusun parameter ESG Indonesia, kita diskusi dengan OEM Manufacturers, kita juga diskusi dengan ESG Standar Internasional, seperti IRMA, Nickel Institute, dan RMI," beber Meidy kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (9/7/2025).

Lebih lanjut, Meidy mengatakan pihaknya saat ini tengah menyusun aspek apa saja dalam standar ESG di Indonesia yang perlu dilengkapi oleh perusahaan-perusahaan nikel Tanah Air. Tidak main-main, Meidy mengungkapkan setidaknya ada 57 aspek yang harus dipenuhi untuk menilai sebuah perusahaan sudah menerapkan ESG yang baik.

"Dan kita mencari gap analisis, 57 aturan di Indonesia yang mengatur tentang ESG. Itu sudah kita rekap, dan apa gapnya, dan bagaimana kekosongan itu yang akan kita isi. Dan mudah-mudahan itu bisa diterima oleh market," tambahnya.

Standar ESG yang ditetapkan secara global, lanjut Meidy, dinilai belum bisa dicapai oleh Indonesia. Bahkan hanya segelintir perusahaan di dunia yang sudah tersertifikasi memenuhi aspek ESG.

"Dan kalau bicara RMI, memang sudah ada enam perusahaan yang sudah certified. Kan, proses audit ini nggak gampang, Mbak. Itu kembali bahwa apa yang mereka lakukan, list parameter dari ESG Standar Internasional itu kalau saya bilang nggak proper untuk Indonesia. Kita cari mana yang proper, tapi diterima market," tandasnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Melawan Stigma Negatif Soal Nikel