Mining Zone Special Dialogue

Hilirisasi RI Didorong ke Arah ESG, Nilai Tambah Bisa Lebih Besar!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
11 July 2025 14:45
Wakil Koordinator Bidang Pengembangan Modal BIsnis Satgas Hilirisasi, Imaduddin Abdullah dalam program CNBC Indonesia Mining Zone di Jakarta, Kamis (10/7/2025). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)
Foto: Wakil Koordinator Bidang Pengembangan Modal BIsnis Satgas Hilirisasi, Imaduddin Abdullah dalam program CNBC Indonesia Mining Zone di Jakarta, Kamis (10/7/2025). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dinilai akan mendapatkan nilai tambah yang lebih besar dalam proses hilirisasi nikel. Hal itu jika produk hilirisasi sudah memenuhi standar lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG).

Wakil Koordinator Bidang Pengembangan Model Bisnis Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi, Imanuddin Abdullah mengatakan, permintaan pasar negara-negara di dunia akan nikel saat ini mengedepankan aspek ESG. Nah, jika Indonesia sudah memenuhi aspek ESG maka nilai tambah dari produk nikel yang dihasilkan akan lebih besar.

"Ke depan mungkin kita perlu memperluas, tentu, ESG sehingga nilai tambahnya ini lebih besar lagi untuk mendapatkan market yang ada di level global," jelasnya pada acara Mining Zone Special Dialogue CNBC Indonesia, dikutip Jumat (11/07/2025).

Imanuddin menyebutkan, aspek ESG dalam proses produksi nikel di Indonesia sangat krusial. Karena, produk nikel Indonesia berisiko tidak bisa terjual di kancah dunia jika tidak memenuhi aspek ESG.

"Karena kita akan menjual produk ini untuk negara dan final consumer yang peduli dengan lingkungan. Kalau misalnya kita tidak memenuhi checkbox ini, kita khawatir produk kita itu tidak bisa dijual," tambahnya.

Pengusaha sulit capai aspek ESG

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan para pengusaha nikel di Indonesia saat ini tengah meningkatkan aspek ESG agar nikel Indonesia bisa diterima oleh pasar dunia yang saat ini mengedepankan aspek tersebut.

Namun, Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan standar ESG yang ditetapkan secara global, dinilai belum bisa dicapai oleh Indonesia. Bahkan hanya segelintir perusahaan di dunia yang sudah tersertifikasi memenuhi aspek ESG.

"Kan, proses audit ini nggak gampang, Mbak. Itu kembali bahwa apa yang mereka lakukan, list parameter dari ESG Standar Internasional itu kalau saya bilang nggak proper untuk Indonesia. Kita cari mana yang proper, tapi diterima market," katanya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Kamis (10/7/2025).

Kendati demikian, pihaknya sudah berdiskusi dengan beberapa perusahaan pengukur standar ESG untuk bisa diterapkan pada operasi nikel di Indonesia.

Pihaknya saat ini juga tengah menyusun aspek apa saja dalam standar ESG di Indonesia yang perlu dilengkapi oleh perusahaan-perusahaan nikel Tanah Air. Tidak main-main, Meidy mengungkapkan setidaknya ada 57 aspek yang harus dipenuhi untuk menilai sebuah perusahaan sudah menerapkan ESG yang baik.

"Dan kita mencari gap analisis, 57 aturan di Indonesia yang mengatur tentang ESG. Itu sudah kita rekap, dan apa gapnya, dan bagaimana kekosongan itu yang akan kita isi. Dan mudah-mudahan itu bisa diterima oleh market," tambahnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Komitmen ESG Bayan Resources Demi Penambangan Berkelanjutan

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular