
Perdagangan RI-Australia Melonjak 2 Kali Lipat, Tembus Rp 382 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) mencatat pencapaian signifikan pada tahun kelima pelaksanaannya. Nilai perdagangan barang dan jasa antara kedua negara meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019, total perdagangan Indonesia dan Australia tercatat sebesar 17,7 miliar dolar Australia. Angka ini melonjak menjadi 35,5 miliar dolar Australia atau sekitar Rp382 triliun pada 2024.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, menyebut pertumbuhan tersebut sebagai bukti keberhasilan kemitraan strategis kedua negara. Brazier menambahkan bahwa Indonesia kini menikmati surplus perdagangan terhadap Australia sebesar 3,13 miliar dolar Australia (sekitar Rp33,7 triliun) pada 2024.
"Selama lima tahun ini, IA-CEPA mendorong pertumbuhan perdagangan dan investasi yang menciptakan peluang besar bagi kemakmuran dan ketahanan ekonomi bersama," ujar Brazier dalam perayaan lima tahun IA-CEPA di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
"Ini berarti harga yang lebih rendah, peluang lebih banyak, dan proses bisnis yang lebih efisien di kedua negara. Ini juga berarti lebih banyak lapangan kerja dan investasi," lanjutnya.
Kemitraan ekonomi Indonesia dan Australia berkembang pesat di sektor-sektor yang saling melengkapi, seperti pertambangan, pertanian, makanan, pendidikan, dan jasa. Hal ini memperkuat posisi keduanya sebagai mitra utama di kawasan Indo-Pasifik.
"Tensi geopolitik dan ketidakpastian perdagangan menunjukkan perlunya perjanjian berkualitas tinggi seperti IA-CEPA. Perjanjian ini memberikan kepastian bagi pelaku bisnis dan mendukung stabilitas kawasan," tegasnya lagi.
Perluasan Kerja Sama Ekonomi
Dalam waktu dekat, Indonesia dan Australia akan melakukan peninjauan terhadap IA-CEPA untuk memperluas cakupan kerja sama. Menurut Brazier, langkah ini bertujuan memaksimalkan potensi ekonomi kedua negara dan sejalan dengan kesepakatan antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Presiden Prabowo Subianto.
Peninjauan ini mencakup sektor-sektor strategis baru, seperti energi hijau dan mineral kritis. Ia juga mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Albanese melihat Indonesia sebagai salah satu ekonomi paling menjanjikan di dunia.
"Lithium adalah salah satu contoh. Kami ingin meningkatkan peran Australia sebagai penyedia lithium yang andal bagi sektor baterai Indonesia yang sedang berkembang pesat," jelas Brazier.
"Indonesia berpotensi menjadi lima besar ekonomi global pada 2030. Perjanjian seperti IA-CEPA akan sangat krusial dalam mendukung pencapaian itu," pungkasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PM Australia Albanese Temui Prabowo di Istana Kamis Lusa, Bahas ini