
Top! RI Punya Tanggap Darurat Penyakit Ikan, Lapor Langsung Sat Set

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembudidaya ikan di dalam negeri kini dapat melaporkan gejala dan dokumentasi penyakit ikan dengan lebih mudah. Kemudian mendapatkan saran penanganan dengan cepat dan tepat dari gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan.
Yakni melalui aplikasi SiCekatan (Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan). Jika diperlukan, sistem ini juga melibatkan pengujian laboratorium guna menghadirkan solusi penanganan yang lebih spesifik.
"Sebelumnya sistem peringatan penyakit yang berbasis SMS, data dari pembudidaya ikan mengenai kejadian penyakit ikan sangat terbatas," kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste Rajendra Aryal dalam keterangan resmi yang dirilis Ditjen Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dikutip Kamis (20/3/2025).
Disebutkan, SiCekatan merupakan salah satu capaian terbesar proyek kerja sama antara KKP dengan badan organisasi pangan dan pertanian PBB, FAO. Yakni, Technical Cooperation Programme TCP/INS/3903, Enhancing preparedness and response system on aquatic animal disease to support blue economy transformation.
KKP dan FAO mengumumkan capaian keberhasilan kerja sama ini. Di mana, keberhasilan dan pembelajaran Program Kerja Sama TCP/INS/3903 yang dilaksanakan sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025 ini dilaporkan dalam lokakarya akhir proyek. Keberhasilan ini sekaligus menjadi momen dilakukan soft launching aplikasi SiCekatan (Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan).
Aplikasi SiCekatan berhasil memperbarui sistem peringatan dini penyakit ikan di Indonesia menjadi berbasis Android yang lebih modern, dibanding sebelumnya hanya berbasis layanan pesan singkat (SMS).
"Melalui dukungan proyek kerja sama ini, sistem SiCekatan ini telah dioptimalkan menjadi sistem berbasis Android yang lebih mudah diakses dan praktis serta dilengkapi dengan lebih banyak informasi dan juga menu yang interaktif. Dengan begitu, diharapkan koordinasi dalam penanganan penyakit ikan oleh gugus tugas dapat menjadi lebih cepat," ujar Rajendra Aryal.
"Proyek TCP/INS/3903 ini juga telah meningkatkan kemampuan dan pengetahuan garda terdepan di berbagai tingkatan, mulai dari pembudidaya hingga petugas lapangan POSIKANDU serta tim gugus tugas tanggap darurat dalam penanganan darurat penyakit ikan," sambungnya.
Digitalisasi Pengendalian Penyakit Ikan
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu (Tebe) menjelaskan, proyek dua tahun TCP/INS/3903 ini sangat penting dalam mengimplementasikan salah satu kebijakan KKP yaitu pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan berbasis ekonomi biru.
"Proyek kerja sama ini sangat mendukung sub sektor perikanan budi daya yang menjadi salah satu tulang punggung percepatan target swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional," katanya.
"Program ekonomi biru Menteri Sakti Wahyu Trenggono berhasil meningkatkan produksi ikan hasil budidaya di tahun 2024, yakni meningkat sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya. Tantangan dalam produksi perikanan budidaya diantaranya serangan penyakit yang menginfeksi ikan berupa virus, bakteri, jamur maupun parasit," ucapnya.
Karena itu, imbuh Tebe, kolaborasi dengan FAO sangat membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan pengendalian penyakit ikan melalui peningkatan sistem tanggap darurat wabah penyakit ikan di Indonesia.
Dia menyebutkan tiga output dari proyek kerja sama TCP/INS/3903 adalah peningkatan kapasitas penilaian risiko guna meminimalisir risiko masuk dan tersebarkan penyakit ikan, penguatan kapasitas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpadu (POSIKANDU). Serta, peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam perencanaan tanggap darurat penyakit ikan.
Sementara itu, Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budi Daya KKP Tinggal Hermawan menambahkan, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian output pertama yaitu review dan updating aplikasi Indonesian aquatic animal disease alert system (IAADAS) dan software sistem monitoring penyakit ikan (SSMPI), pelatihan manajemen kesehatan ikan dan assessment POSIKANDU.
Sedangkan, kegiatan yang telah dilaksanakan dalam output kedua yaitu pelatihan petugas posikandu, sosialisasi antimicrobial use (AMU)/antimicrobial resistance (AMR) dan survey AMU serta surveilan AMR. Terakhir, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai output 3 yaitu penyusunan dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat enteric septicaemia of catfish dan streptococcis dan pelatihan (simulasi) tanggap darurat bagi gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan.
"Capaian keberhasilan dari kerja sama TCP/INS/3903 adalah terlaksananya assessment POSIKANDU, tersedianya dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat untuk dua penyakit ikan yaitu enteric septicaemia of catfish dan streptococcis. Selain itu munculnya sistem informasi aplikasi SSMPI dan SiCekatan versi web dan juga aplikasi SiCekatan versi mobile. Aplikasi tersebut diharapkan dapat diakses pada minggu kedua April 2025," jelas Tinggal.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Penjelasan Lengkap Trenggono Soal Ekspor Pasir Laut
