Soal Urusan Baterai, Airlangga Klaim Dunia Membutuhkan Indonesia

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
18 February 2025 15:25
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan editor senior dari beberapa media terkemuka Australia serta perwakilan Kedutaan Besar Australia di Kantor Kemenko Perekonomian pada Senin (10/2). Kunjungan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman para editor media Australia terkait kebijakan ekonomi yang diambil oleh Pemerintah Indonesia serta memperkuat wawasan mengenai hubungan Indonesia dan Australia, khususnya pada sektor-sektor strategis yang menjadi fokus kerja sama kedua negara. (Dok Menko Perekonomian)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Istimewa).

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pentingnya sumber daya alam Indonesia terhadap produksi baterai untuk transisi energi. Hal itu diungkapkan Airlangga dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 di Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa (18/2/2025).

"Jadi pada dasarnya kita harus yakin bahwa tidak ada baterai tanpa sumber daya Indonesia. Jadi dunia membutuhkan Indonesia," kata Airlangga.



Menurut Airlangga, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keuntungan dalam kompetisi ekosistem mobil listrik. Khususnya dalam hal baterai.

Menurutnya, baterai tidak hanya digunakan untuk kendaraan listrik, namun diperuntukkan dalam transisi energi.

"Tidak ada 'energi baru terbarukan' tanpa baterai. Karena energi yang dihasilkan butuh disimpan. Dan EBT itu selalu terputus-putus, karena matahari tidak 24 jam, karena sumber angin juga berfluktuasi dan lain sebagainya," kata Airlangga.

Jadi menurutnya, baterai andalan kunci yang membuat Indonesia kuat. Tidak hanya baterai berbasis nikel, tapi juga lithium.

Airlangga mengatakan Indonesia bisa melakukan litium dari Australia dan Republik Demokratik Kongo. Jadi Indonesia bisa membuat perakitan baterai berbasis litium di Morowali dan di Teluk Wada Bay.

"Untuk anoda yang merupakan kutub baterai, kami menggunakan berdasarkan aspal, berdasarkan karbon hitam. Dan saat ini kami merupakan salah satu yang terbesar di dunia dengan fasilitas di Kendal (Jawa Tengah), 80.000 ton per tahun, dan akan ditingkatkan," katanya.

"Saya kira menjelang akhir tahun ini menjadi sekitar 160.000 (ton/tahun)," sambungnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Menko Airlangga Beberkan Program Quick Win Sektor Ekonomi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular