Internasional

Warning Baru Rusia kepada NATO: Perang? Siapa Takut!

luc, CNBC Indonesia
06 November 2024 07:00
Sebuah pesawat militer Tupolev Tu-160 dan Tu-22M3 terbang di atas Kremlin dan Lapangan Merah di pusat kota Moskow untuk memperingati 75 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, 9 Mei 2020. (ALEXANDER NEMENOV/AFP via Getty Images)
Foto: Sebuah pesawat militer Tupolev Tu-160 dan Tu-22M3 terbang di atas Kremlin dan Lapangan Merah di pusat kota Moskow untuk memperingati 75 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, 9 Mei 2020. (Dok. File - Getty Images/ALEXANDER NEMENOV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan bahwa Moskow tidak akan ragu untuk merespons terhadap "tindakan agresif" yang dilakukan NATO.

Ia menyatakan bahwa penggunaan senjata jarak jauh dari negara-negara Barat oleh militer Ukraina untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

Lavrov menyampaikan pernyataan ini dalam wawancara dengan Rossiya Segodnya, menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mampu mengoperasikan senjata-senjata tersebut tanpa dukungan intelijen dari NATO dan kehadiran pakar aliansi tersebut.

"Jika senjata-senjata seperti itu digunakan, itu berarti bukan hanya Ukraina yang berperang, tetapi negara-negara NATO secara terbuka berperang dengan Rusia," ujar Lavrov, dikutip Rabu (6/11/2024).

Ia menambahkan bahwa "karakter konflik ini, yang selama ini para pemimpin Barat coba sembunyikan, akan benar-benar terlihat." Lavrov juga mengatakan bahwa Rusia sepenuhnya memahami kebijakan NATO yang ia sebut sebagai kebijakan agresif yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Blok militer tersebut telah menyatakan Rusia sebagai ancaman langsung terbesar bagi keamanan mereka, dengan latihan yang mempersiapkan pasukan NATO untuk operasi ofensif.

Lavrov memperingatkan bahwa "Eropa sedang mengalami militerisasi dengan cepat," serta menegaskan bahwa Rusia akan mengambil "tindakan balasan yang memadai" sesuai dengan hak pertahanan diri yang diatur dalam Piagam PBB jika ada tindakan agresif dari NATO.

"Tidak ada yang bisa berdiam diri baik di seberang Atlantik maupun di Selat Inggris," tambah Lavrov.

Rusia secara berkala menyatakan bahwa serangan Ukraina yang dalam ke wilayah Rusia dengan senjata jarak jauh buatan Barat akan dianggap sebagai serangan langsung oleh negara-negara penyedia senjata tersebut.

Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan harapannya bahwa NATO telah "mendengar" peringatan dari Moskow mengenai konsekuensi dari tindakan seperti itu. Putin menambahkan bahwa militer Rusia akan mempertimbangkan beberapa opsi sebagai respons atas tindakan NATO.

Selama beberapa bulan terakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk mengizinkan serangan ke wilayah Rusia menggunakan senjata jarak jauh buatan Barat. Permintaan ini termasuk dalam rencana yang ia sebut sebagai "rencana kemenangan" untuk mengakhiri konflik. Meski demikian, permintaan tersebut disambut dengan kehati-hatian oleh banyak pemimpin Barat.

Laporan dari The New York Times menyebutkan bahwa pada akhir Oktober lalu, Zelensky secara diam-diam meminta Washington untuk mengirimkan rudal Tomahawk yang memiliki jangkauan hingga 1.500 mil (2.400 km), yang memungkinkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Menanggapi berita tersebut, Kremlin mengatakan bahwa Kiev hanya berupaya untuk menarik negara-negara Barat "ke dalam perang sesegera mungkin."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 8 Update Perang Rusia-Ukraina: NATO Turun Tangan, Putin Menggila Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular