UOB Economic Outlook 2025

RI Punya Potensi Besar Dorong Keuangan Berkelanjutan, Ini Prospeknya!

Zefanya, CNBC Indonesia
26 September 2024 08:50
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung Perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pelaksanaan keuangan berkelanjutan atau sustainable finance. Meskipun begitu, saat ini realisasinya masih terbilang minim.

Menurut Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan, dari target sustainable finance yang mencapai triliunan dolar AS di Asia, baru sekitar miliaran dolar AS saja yang sudah direalisasikan. Atau dengan kata lain, baru 2% sampai 3% menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang dicanangkan.

"Tapi memang nggak mudah, dalam arti kalau misalkan kita bicara opportunity yang besar ini juga buat pelaku investment, adalah bagaimana secara komersialnya apakah ini viable atau tidak, kan, gitu, ya," kata Harapman saat Konferensi Pers UOB Economic Outlook 2025, Rabu (25/9/2024).

Ia mengatakan sustainable finance memang bukan opsi yang tepat jika dilihat dari kacamata komersial. Hal inilah yang membuat investasi untuk keuangan berkelanjutan lambat.

"Tapi saya pikir berkaitan dengan penurunan emisi itu spesifik banyak yang bisa kita lakukan. Seperti misalkan kita bicara recycling business, ya. Apakah itu plastik, kertas, metal, ya. Itu juga apa area yang saya rasa kita coba dalami," ujar Harapman.

Lantas, penerapan sustainable finance tidak hanya dapat dilakukan melalui investasi dengan jumlah besar. Keuangan berkelanjutan juga dapat dilaksanakan dalam skala-skala lain.

Berkaitan dengan hal itu, Harapman menyebut bahwa ada sektor baru yang prospektif untuk penyaluran kredit. Yakni, sektor kendaraan Listrik atau electric vehicle (EV) yang sudah didorong pemerintah. Sektor ini disebut prospektif untuk tahun depan.

"EV tahun depan ini kalau misalkan rencana pemerintah itu jalan dengan 20% daripada penjualan mobil itu adalah EV, itu kurang lebih bisa 200 ribu unit, ya. Tahun ini mungkin cuma berapa puluh ribu, ya. Jadi mungkin memang sektor baru ini juga menjadi satu opportunity buat kita, ya," ucap Harapman.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Jurus Pemkab Badung Genjot Penerapan Energi Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular