Paus Fransiskus Mulai Penjalanan ke Asia Tenggara, RI Masuk di Daftar
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin umat Katolik Roma, Paus Fransiskus, memulai perjalanan ke Asia Tenggara. Sejumlah negara termasuk Indonesia berada dalam daftar perjalanan Paus selama 12 hari itu.
Mengutip AFP, Paus akan terbang semalam dan tiba pada hari Selasa di Jakarta. Setelahnya, Paus akan menuju Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Ini merupakan perjalanan Paus yang ke-45 kalinya ke luar negeri. Awalnya, kunjungan Asia Tenggara direncanakan untuk tahun 2020, tetapi ditunda karena pandemi Covid-19.
Nantinya, Paus Fransiskus akan menyampaikan 16 pidato dan mengadakan beberapa misa besar. Salah satu misa besar ini adalah yang akan diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada tanggal 5 September.
Sejumlah pengamat menilai keempat negara dalam tur tersebut memiliki keunikan. Akan tetapi, Paus akan tetap fokus berusaha untuk memperkuat hubungan dengan masing-masing komunitas Katolik dan pemerintah mereka.
"Tujuannya adalah untuk memperkuat kedaulatan Paus dan peran Takhta Suci dengan umat Katolik setempat, untuk menciptakan persekutuan", kata , seorang teolog dan antropolog di Universitas Nasional Singapura, Michel Chambon, Jumat (30/8/2024).
"Jika Takhta Suci ingin menunjukkan universalitasnya, ia harus bersinggungan dengan tradisi Asia yang, makin lama, memainkan peran utama dalam tatanan internasional," ujarnya.
Dengan adanya kunjungan ini, Paus Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia. Kunjungan pertama dilakukan Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Untuk agenda di Indonesia, Paus Fransiskus akan menghabiskan sebagian besar hari pertama di Jakarta untuk memulihkan diri dari penerbangan. Keesokan harinya, Paus akan berbincang dengan Presiden Joko Widodo, kelompok muda, diplomat, dan pendeta setempat.
Pada tanggal 5 September, selain memimpin misa akbar, Beliau juga akan bertemu dengan perwakilan dari semua agama utama di Indonesia di Masjid Istiqlal. Paus juga akan menandatangani deklarasi bersama dengan imam besar Masjid terbesar di Asia Tenggara itu, Nasaruddin Umar.
Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Di luar Islam, RI juga secara resmi mengakui Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.
Namun, para pengamat menunjukkan adanya diskriminasi yang semakin meningkat terhadap kelompok minoritas agama. Direktur eksekutif Amnesty International di Indonesia, Usman Hamid, mengatakan laporan tentang serangan terhadap gereja dan pelecehan terhadap umat minoritas masih sering terjadi di RI.
"Diskriminasi terhadap minoritas Kristen di Indonesia masih menjadi perhatian," kata Direktur eksekutif Amnesty International di Indonesia, Usman Hamid, kepada AFP.
Hal serupa juga dilaporkan pendeta dan teolog Jesuit Krispurwana CahyadI. Ia mengaku bahwa pengurusan izin pendirian gereja masih sulit dilakukan.
"Beberapa jemaat telah memperjuangkan izin selama beberapa dekade. Kami masih memiliki masalah dengan intoleransi beragama," kata Krispurwana Cahyadi, seorang pendeta dan teolog Jesuit yang tinggal di pulau Jawa, termasuk Jakarta.
"Negara kita tidak selalu semulus cita-cita yang digambarkan dalam pidato-pidato pemerintah," ujarnya.
(sef/sef)