
Tok! Sri Mulyani dan DPR Sepakat Rupiah Rp16.000/US$ di RAPBN 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengubah dua asumsi makro dalam RAPBN 2025, yakni asumsi kurs rupiah dan suku bunga SBN tenor 10 tahun.
Untuk asumsi kurs berubah dari semula dirancang sebesar Rp 16.100 menjadi Rp 16.000/US$. Sementara itu suku bunga surat berharga negara (SBN) dari 7,1% menjadi 7%.
"Dengan demikian kita sepakat," kata Ketua Komisi XI DPR Kahar Muzakir selaku pimpinan rapat kerja RAPBN 2025 dengan pemerintah dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu (28/8/2024).
Kesepakatan ini namun dengan catatan, yaitu Fraksi PDI Perjuangan tetap mendorong supaya nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.900/US$, sedangkan suku bunga SBN 10 tahun mereka dorong supaya bisa di level 6,9%.
Selain dua asumsi itu, disepakati bahwa berbagai indikator asumsi makro lainnya tetap sama sesuai yang dibacakan Presiden Joko Widodo saat pidato nota keuangan dan RAPBN 2025 pada 16 Agustus 2024 lalu. Di antaranya pertumbuhan ekonomi tetap ditargetkan di level 5,2%, serta inflasi di level 2,5%.
Selain itu, untuk target pembangunan seperti tingkat pengangguran terbuka tetap di level 4,5%-5%, tingkat kemiskinan 7%-8%, tingkat kemiskinan ekstrem tetap di angka 0%, indeks gini rasio 0,379-0382, serta indeks modal manusia 0,56.
Untuk indikator pembangunan seperti nilai tukar petani juga disepakati tetap di level 115-120, dan nilai tukar nelayan di level 105-108. Khusus untuk indikator nilai tukar petani ada catatan khusus dari Fraksi PKB yang menginginkan di level 120-125.
Sebetulnya, terkait asumsi kurs rupiah dan SBN sempat mendapatkan kritikan dari Bank Indonesia supaya asumsinya di level Rp 15.900. Sebab, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo level itu lebih logis dengan mempertimbangkan faktor risiko dari faktor fundamental rupiah pada 2025 dikisaran Rp 15.300-15.700/US$.
Sedangkan SBN, Perry mengusulkan supaya angkanya di level 6,9% mempertimbangkan tren penurunan suku bunga imbal hasil US Treasury pada tahun depan didukung dengan potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve.
"Jadi itu tambahan kehati-hatian yang mungkin masih make sense. Tapi ini pandangan kami yah tentu dikembalikan ke pemerintah dan DPR," kata Sri Mulyani.
(Arrijal Rachman/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Rp16.200, Sri Mulyani Akui Sudah Melenceng dari APBN
