10 Tahun Jokowi, Banyak Kelas Menengah RI Pilih Jadi Petani

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 28/08/2024 16:00 WIB
Foto: Ilustrasi Petani Lansia. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelas menengah yang bekerja di sektor pertanian membengkak berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) selama 10 tahun terakhir. Berlainan arah dari yang bekerja di sektor jasa maupun industri.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, kelas menengah yang bekerja di sektor pertanian pada 2014 hanya sebanyak 12,90%, lalu naik menjadi 15,14% pada 2019, dan menjadi 19,97% pada 2024.

"Yang kita lihat di sini ada kenaikan proporsi kelas menengah yang bekerja di sektor pertanian dibanding 10 tahun lalu," kata Amalia saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR terkait RAPBN 2025 di Jakarta, Rabu (28/8/2024).


Sementara itu, untuk sektor industri, kelas menengah pada 2014 porsinya hanya sebesar 19,33%, lalu naik pesat pada 2019 menjadi 25,64% namun terus merosot porsinya pada 2024 menjadi hanya tersisa 22,98%.

Demikian juga untuk sektor jasa yang konsisten turun. Amalia mengatakan, pada 2014 kelas menengah yang bekerja di sektor jasa mencapai 67,78%, lalu pada 2019 menjadi 59,22% dan pada 2024 menjadi hanya sebesar 57,05%.

"Kalau kita melihat bagaimana lapangan usaha dan status pekerjaan kelas menengah memang 57% kelas menengah bekerja di sektor jasa, lalu 22,98% kelas menengah bekerja di sektor industri," tegasnya.

Ia juga mengatakan, mayoritas pekerja kelas menengah itu juga bekerja di sektor informal dengan porsi mencapai 40,64% dari yang pada 2014 hanya sebesar 37,24%. Sedangkan yang bekerja di sektor formal terus mengalami penurunan 10 tahun terakhir dari 62,76% menjadi hanya 59,36%.

Wanita yang akrab disapa Winny itu juga telah mengungkapkan bahwa kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan jumlah sejak lima tahun terakhir. Mayoritas dari mereka turun kelas hingga membuat jumlah masyarakat yang rentan miskin membengkak drastis.

Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa menjadi 47,85 juta orang atau setara 17,13%.

"Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah," ucap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR terkait RAPBN 2025, Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Berlainan dengan data jumlah kelas menengah yang anjlok, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.

Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56% menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.

Sementara itu, kelompok miskin juga mengalami kenaikan tipis dari 2019 sebanyak 25,14 juta orang atau setara 9,41% menjadi 25,22 juta orang atau setara 9,03% pada 2024. Sedangkan kelompok atas juga naik tipis dari 2019 sebanyak 1,02 juta orang atau 0,38% menjadi 1,07 juta orang atau 0,38% dari total penduduk pada 2024.


(Arrijal Rachman/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 80.000 Koperasi Desa Meluncur, Basmi Tengkulak-Petani Sejahtera