Muncul Gelagat Investor Asing Mulai Pikir-Pikir Dulu Investasi di RI

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Rabu, 07/08/2024 14:35 WIB
Foto: (Kiri-kanan) Head of Property & Asset Management JLL Indonesia Naomi Patadungan, Head of Office Leasing Advisory Angela Wibawa, Country Head and Head of Logistics & Industrial Farazia Basarah, Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim, Senior Director of Capital Markets JLL Indonesia Herully Suherman dalam jumpers JLL di Jakarta, Rabu (7/8/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi resesi ekonomi AS bakal berdampak pada Indonesia. Dengan adanya kemungkinan resesi, maka investasi luar negeri akan lebih selektif. Bahkan bukan tidak mungkin bakal lebih tertahan pada beberapa sektor di properti.

"Mereka lebih ketat dari beberapa sektor seperti perumahan, hotel, ritel juga untuk masuk, akan melihat return, captive market berapa besar, dan lain sebagainya. Jadi lebih ketat dibanding dulu," kata Senior Director of Capital Markets JLL Indonesia Herully Suherman kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Padahal Indonesia khususnya Jakarta memiliki penduduk yang sangat besar sehingga pasar yang tersedia juga terhitung besar. Namun, perhitungan investor bakal lebih rinci, misalnya dari sisi daya beli dan berapa besar pasar akan tumbuh.


"Mereka ngga ada kata fail, jadi mereka melihat populasi Jakarta 14-15 juta during the date. Mereka lihat bisa sustain gak penjualan? Misalkan walau perumahan dianggap resilience 
tapi melihat berapa yang akan dijual? Mereka lihat berapa lama harga jual" kata Rully.

Sementara itu, Country Head and Head of Logistics & Industrial JLL Farazia Basarah juga mengungkapkan, investor juga semakin membutuhkan waktu lebih lama sebelum memutuskan merealisasikan investasinya di Indonesia. Sektor bisnis yang dibidik investor asing diantaranya usaha pergudangan.

"Demand sebenarnya ada, banyak yang mencari tempat misalnya di sekitar Semarang dan sekitarnya, sekaligus menjadi hub ke wilayah Surabaya. Tapi waktu bikin keputusan lebih lama, approval yang dulunya 1 bulan sekarang bisa jadi 3 bulan," kata Farazia.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi AS muncul dalam laporan perekonomian kuartal II 2024. Tercatat ekonomi AS tumbuh sebesar 2,8% secara kuartalan pada kuartal kedua. Namun, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal III dan kuartal IV-2023 yang masing-masing berada di angka 4,9% dan 3,4%.

Untuk diketahui, secara teknis, resesi terjadi ketika ekonomi terkontraksi dalam dua kuartal beruntun. Pada 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, menyebabkan berkurangnya lapangan kerja dan banyak pegawai dirumahkan. Tanpa aktivitas dan mobilitas manusia, roda ekonomi pun macet.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

VIdeo: Ekonomi AS Rebound! Sukses Tumbuh 3% di Q2-2025