
"Kiamat" Baru Mengintai AS, Ekonomi Bisa Terguncang Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar properti di Amerika Serikat (AS) diramalkan akan mengalami koreksi yang tajam dan kembali memasuki masa-masa sulit.
Hal ini disampaikan oleh ahli strategi dan pendiri The Technical Traders, Chris Vermeulen. Kepada Business Insider Vermeulen mengatakan baik properti residensial maupun komersial akan segera mengalami gelombang tekanan. Kondisi ini menyebabkan harga anjlok sekitar 30% di kedua pasar tersebut.
"Apa yang mulai kami lihat adalah orang-orang mulai menyadari bahwa mereka tidak mampu membayar hipotek mereka, atau mereka perlu menurunkan peringkatnya," ujarnya, dikutip Selasa (9/7/2024).
"Banyak orang yang kesulitan secara finansial, dan ini benar-benar puncak gunung es. Tunggu 2 atau 3 tahun lagi. Tiga tahun, saat itulah pasar real estat paling terpukul."
Perkiraannya termasuk salah satu ramalan terburuk yang disuarakan oleh para komentator real estat dalam beberapa bulan terakhir.
Vermeulen juga memaparkan tanda-tanda yang menunjukkan penurunan besar-besaran mulai terlihat, mengingat lemahnya perekonomian AS yang pada akhirnya dapat berdampak pada konsumen.
Penjualan ritel secara tak terduga melemah selama dua bulan terakhir, menurut data dari Biro Sensus, dengan pembelian hanya meningkat 0,1% selama bulan Mei. Vermeulen mengatakan bahwa keuntungan perusahaan akan melemah, yang dapat memicu lebih banyak PHK atau pengurangan jam kerja bagi para pekerja.
Konsultan Challenger, Gray & Christmas mengatakan PHK mulai melonjak pada awal tahun, dengan pengumuman pemutusan hubungan kerja meningkat 136% pada Januari. Vermeulen menyebut pengangguran bisa mencapai puncaknya sekitar 5% hingga 6%.
"Masyarakat mulai terkena PHK seiring dengan meningkatnya angka pengangguran. Masyarakat telah menghabiskan tabungan mereka, dan inflasi semakin tinggi. Pada akhirnya, masyarakat tidak akan mampu membayar hipotek mereka."
Dari sisi kredit macet, penyitaan komersial mencapai 117% di bulan Maret 2024 secara tahunan. Sektor ini juga memiliki utang lebih dari US$ 900 miliar (Rp 14.630 triliun) yang telah mendekati jatuh tempo tahun ini.
Vermuelen meramalkan bahwa The Fed pada akhirnya akan menarik kembali suku bunganya ketika perekonomian memasuki resesi. Namun ia mengatakan bank-bank, yang menanggung kerugian besar dari properti, akan lebih ragu untuk memberikan pinjaman, sehingga membebani permintaan dan menyebabkan harga real estat anjlok.
"Harga properti bisa turun sekitar 30% di seluruh pasar properti residensial dan komersial. Biasanya, pemulihan kerugian tersebut bisa memakan waktu 7 hingga 10 tahun," pungkasnya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Real Estat Ungkap Malapetaka Ekonomi Jerman, Ramal Kapan Berakhir
