RI Deflasi Beruntun 3 Bulan, Airlangga: Harga Pangan Kan Turun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Pemerintah menganggap, kondisi itu by design, bukan karena daya beli masyarakat merosot.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tim pengendali inflasi pusat dan daerah memang terus bekerja menjaga tingkat inflasi tahun ini di level 2,5%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Juli 2024 deflasi 0,18% secara bulanan, sedangkan inflasi tahun ke tahun 2,13%, dan inflasi tahun berjalan atau tahun kalender 0,83%.
"Inflasi kan memang kita ada tim inflasi, TPIP dan TPID, yang memang mau menurunkan inflasi, dan pasca lebaran kan turun ke 2,5%," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Maka, Airlangga mengatakan, penurunan harga-harga terjadi untuk kelompok bahan pangan. Ia menganggap, tak ada yang salah dengan daya beli masyarakat.
"Ini kan yang turun kan harga-harga pangan, jadi memang itu untuk mengontrol daripada inflasi itu sendiri," tegasnya.
Ia pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terganggu dengan kondisi deflasi tersebut. Airlangga meyakini, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 masih akan aman di kisaran 5%.
Sebelumnya, BPS mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18% month-to-month. Deflasi kali ini menandakan RI telah mengalami penurunan harga secara umum selama 3 bulan berturut-turut sejak Mei lalu.
Deflasi bulan Juli disebabkan untuk turunnya harga bahan pangan bergejolak. Sementara, kenaikan harga tercatat terjadi pada komponen biaya sekolah, seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru.
Sebelumnya, BPS menyebut terjadinya deflasi beruntun bukan disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun. BPS menyatakan terjadinya deflasi justru disebabkan oleh suplai yang melimpah di pasar.
"Kalau karena suplai pasokan pasar dari komoditas yang cukup di pasar dan kemudian ini yang menyebabkan penurunan harga karena meningkatnya pasokan ini tidak bisa langsung disimpulkan ini penurunan daya beli, justru deflasi ini terjadi karena pasokan yang melimpah," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis, (1/8/2024).
Amalia mengatakan suplai yang meningkat itu terutama pada ketersediaan bahan makanan bergejolak atau volatile food. Dia bilang komponen harga pangan bergejolak ini amat mempengaruhi tingkat inflasi secara umum.
Beberapa waktu terakhir, kata dia, rapat pengendalian inflasi yang digelar tiap pekan amat memperhatikan ketersediaan pasokan pangan bergejolak ini di pasar. Salah satu bahan makanan yang disoroti adalah ketersediaan harga bawang merah dan cabai. Ketika pasokan ditambah, maka harga kedua komoditas ini ikut turun dan menyumbang pada deflasi.
"Kalau dilihat harga cabai dan bawang merah ini ternyata jadi sebab terjadinya inflasi harga barang... inilah yang ternyata jadi sebab terjadinya deflasi untuk komponen makanan minuman, atau secara umum ini penyumbang deflasi harga pangan bergejolak," kata dia.
(arj/mij)