
Tren Kelas Menengah Beralih ke Kerja Informal, Diduga Banyak Gen Z

Jakarta, CNBC Indonesia-Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menduga kelas menengah tidak turun kelas, melainkan bermigrasi ke pekerjaan informal hingga tak terdata oleh pemerintah. Kebanyakan kelas menengah yang bermigrasi ini diduga adalah kalangan muda atau biasa disebut Gen Z.
Suharso menduga penurunan proporsi kelas menengah belakangan ini terjadi karena mereka berganti pekerjaan ke sektor informal. Karena peralihan pekerjaan inilah, mereka menjadi tidak terdata ke data-data perekonomian.
"Sebenarnya self-employee itu yang belum terdatakan dengan baik oleh kita," kata Suharso ditemui di Kementerian PANRB, dikutip Rabu, (31/7/2024).
Suharso memilih menggunakan istilah self-employee untuk para pekerja yang beralih dari sektor informal ini. Dia menyebut peralihan ini marak terjadi selama pandemi Covid-19, ketika perusahaan banyak menerapkan kebijakan bekerja dari rumah.
Menurutnya, para pekerja ini kemudian memilih untuk melanjutkan pola bekerja dari rumah itu dengan keluar dari perusahaannya. Mereka kemudian memilih pekerjaan yang lebih fleksibel, seperti menjadi desainer grafis yang bekerja untuk perusahaan di luar negeri secara daring.
"Saya kasih contoh, banyak anak-anak Indonesia sekarang misalnya mendapatkan pekerjaan membuat gambar dari perusahaan besar di luar negeri, seperti di Amerika," kata dia.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia Telisa Aulia Falianty juga mencatat terjadinya pergeseran sektor pekerjaan ini. Merujuk data Sakernas Februari 2024, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia mencapai 142,18 juta orang. Dari jumlah itu, mereka yang menjadi pekerja penuh mencapai 93,27 orang.
Sementara, mereka yang bekerja paruh waktu sebanyak 36,80 juta atau turun 0,08 juta dibandingkan Februari 2023. Namun, mereka yang masuk kategori setengah pengangguran tercatat melonjak hingga 12,11 juta orang atau naik 2,52 juta penduduk.
"Jumlah setengah pengangguran yaitu orang yang bekerja di bawah 35 jam per minggu lebih besar dan jumlahnya terus meningkat yakni mencapai 12,11 juta orang dari periode sebelumnya," kata Telisa.
Telisa menilai banyaknya pekerja informal salah satunya disebabkan oleh preferensi pekerjaan yang disukai oleh kalangan muda atau Gen Z. Dia mengatakan kalangan muda lebih menyukai pekerjaan dengan waktu fleksibel. Dengan berkembangnya digitalisasi, kalangan muda yang bekerja sebagai freelancer maupun pembuat konten digital semakin banyak.
"Mereka masuk ke dalam pekerja informal," kata Telisa.
Meski begitu, Telisa menilai pergeseran ini tak bisa dipandang hanya sebagai peralihan sektor pekerjaan. Dia mengatakan pergeseran ini berpengaruh kepada pendapatan para pekerja. Tak seperti pekerja formal, sektor informal ditandai dengan pendapatan yang tak tentu.
"Daya beli yang tergerus juga berhubungan dengan struktur tenaga kerja yang didominasi sektor informal," kata Telisa.
Selain karena faktor preferensi pekerjaan, dia mengatakan membludaknya pekerja informal juga disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang lebih suka merekrut pekerjanya dengan sistem outsourcing. Dia bilang praktik perekrutan menggunakan sistem outsourcing semakin marak sejak Undang-Undang Cipta Kerja.
Sebelumnya, data perekonomian menunjukkan jumlah kelas menengah di Indonesia merosot sejak 2019. Mengacu pada standar Bank Dunia, proporsi kelas menengah di Indonesia menciut dari 21,4% sebelum pandemi menjadi 17,4% dari populasi setelah pandemi Covid-19. Kebanyakan dari mereka jatuh ke kelas ekonomi yang lebih rendah, yaitu aspiring middle class (AMC) dan kelas rentan.
Menurunnya proporsi kelas menengah ini ditengarai disebabkan karena merosotnya pendapatan hingga PHK yang terjadi selama pandemi. Berkurangnya pendapatan dan PHK ini disusul dengan terjadinya inflasi tinggi, terutama di sektor makanan pokok.
(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bantah Kelas Menengah RI Jatuh Miskin, Pemerintah: Mereka Ganti Kerja!