
Bappenas Pasang 'Radar Baru' Cari Kelas Menengah yang Jatuh Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa meragukan banyak kelas menengah di Indonesia yang jatuh ke kelas ekonomi bawah.
Menurutnya, kelas menengah tidak jatuh miskin, mereka hanya bermigrasi ke sektor pekerjaan informal yang berbasis digital dan lintas negara.
Dia mengatakan pergeseran pekerjaan masyarakat ke sektor informal itu membuat mereka tidak terdata oleh pemerintah, sehingga seolah terjadi penurunan proporsi kelas menengah dari populasi Indonesia.
"Itu sedang kita cari ke mana mereka, jadi ini enggak teregister saja," kata Suharso ditemui di Kementerian PANRB, Jakarta, Selasa, (30/7/2024).
Dia mengatakan 'hilangnya' kelas menengah ini mirip dengan kasus saving gap investment di Indonesia. Suharso mengatakan, pemerintah sebenarnya mencatat jumlah simpanan masyarakat itu naik. Namun, tingkat investasi di Indonesia dari Produk Domestik Bruto justru turun.
"Sehingga yang dulu katanya saving investment gap terjadi, di kita itu surplus. Tapi dana yang tersedia itu dana jangka pendek, sementara untuk pembangunan investasi yang diperlukan adalah jangka panjang," kata dia.
Menurut Suharso, Badan Pusat Statistik (BPS) tengah mengulik data-data terkait jumlah simpanan tersebut. Begitupun mengenai data migrasi kelas menengah RI. "Nah itu yang saya kira BPS lagi ngulikin di situ, kan ini sekarang kita dikritik katanya dari kelas nyaman menjadi kelas makan," kata Suharso.
Sebelumnya, sejumlah ekonom mencatat terjadi penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Menurut data dari Bank Mandiri, proporsi kelas menengah RI pada 2019 masih mencapai 21% dari populasi. Namun, jumlah itu merosot pada 2023 menjadi 17%.
Sejalan dengan penurunan jumlah kelas menengah, masyarakat yang masuk kelompok aspiring middle class (AMC) atau calon kelas menengah naik. Begitupun proporsi kelas rentan juga ikut naik. Pergeseran ini diduga terjadi karena banyak warga kelas menengah yang jatuh miskin karena berbagai dinamika yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Namun, Suharso menilai saat pandemi banyak masyarakat yang beralih bekerja secara daring. Dia mencontohkan banyak anak-anak muda yang saat ini bekerja secara jarak jauh di Singapura. "Jadi bukan berarti kemudian mereka jatuh miskin," katanya.
Menurut Suharso, keyakinannya itu bisa dikonfirmasi secara kasat mata maupun data-data perekonomian lainnya. Dia mengatakan data kemiskinan yang dirilis BPS menunjukan jumlah warga miskin di Indonesia tidak naik. Jumlah warga yang miskin juga turun. Begitupun data pengangguran terbuka di Indonesia yang terus berkurang.
"Menurut saya tidak ada masalah, karena kalau ada begitu (kelas menengah jatuh miskin) akan banyak antrean kerja, tapi nyatanya tingkat pengangguran kita turun," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Tulang Punggung Ekonomi, Gimana RI Atasi Masalah Kelas Menengah?
