Internasional

Utang China Makan Korban Baru, Tetangga RI Laos?

sef, CNBC Indonesia
29 July 2024 08:07
Peresmian proyek kereta cepat Laos-China. (REUTERS/PHOONSAB THEVONGSA)
Foto: Peresmian proyek kereta cepat Laos-China. (REUTERS/PHOONSAB THEVONGSA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tetangga dekat RI, Laos, dilaporkan menghadapi "jebakan" utang China. Ini terkait proyek megah negeri itu yang dibiayai dengan dana Beijing.

Laos membangun bendungan hidrolik di Sungai Mekong dan infrastruktur energi yang bertujuan menjadikan Laos sebagai "baterai" Asia Tenggara dengan pembiayaan Belt and Road Initiative (BRI). Tapi kedua proyek itu belum memberikan hasil ekonomi yang diharapkan malah makin membebani negara dengan utang.

Mengutip laman DW, data ekonomi terkini menunjukkan Laos menghadapi segunung utang, sebesar US$13,8 miliar atau sekitar Rp 224 triliun (Rp 16.290) pada akhir tahun 2023. Ini lebih dari 100% dari PDB negara kecil tersebut.

Pinjaman dari China, berjumlah setengah dari utang luar negeri Laos sebesar US$10,5 miliar. Menurut laman itu, mengutip data yang dipublikasikan di Bloomberg, China adalah kreditor terbesar Laos.

"Bukan hanya utang ke China, sebenarnya Laos memiliki jumlah utang yang sangat besar," kata seorang profesor di National War College di Washington yang berfokus pada Asia Tenggara, Zachary Abuza, dikutip Senin (29/7/2024).

"Utang itu sendiri tidak buruk jika digunakan untuk keperluan produktif, tetapi utang Laos tidak demikian. Mereka memiliki kelebihan kapasitas dalam pembangkit listrik tenaga air," tambahnya.

"Jalur kereta api selama ini menjadi proyek yang sia-sia, meskipun sekarang dengan adanya koneksi ke Bangkok, seharusnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar," jelasnya lagi.

"Semua itu telah menyebabkan penurunan nilai mata uangnya sebesar 30% pada tahun 2023 dan inflasi yang melonjak, yang sekarang menjadi yang tertinggi kedua di kawasan tersebut," kata Abuza.

Laos sendiri memang menjalin hubungan dekat dengan China, yang memiliki ideologi politik yang sama. Pemerintah Laos dijalankan sebagai negara Komunis satu partai, yang diperintah oleh Partai Revolusioner Rakyat Laos.

Perlu diketahui Beijing telah dikritik oleh para ahli karena apa yang disebutnya sebagai "diplomasi perangkap utang" dengan membiayai proyek-proyek besar di negara-negara berkembang. Di mana pada akhirnya negara-negara tersebut akan berjuang dengan pinjaman China yang sangat besar dan menjadi tergantung secara ekonomi.

Meski begitu, Kementerian Luar Negeri China sering menyebut klaim semacam itu sebagai narasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Ini bertujuan untuk menghalangi tujuan Beijing dalam bekerja sama dengan negara-negara berkembang.

Laos sendiri tengah mengalami kesulitan ekonomi. Secara keseluruhan, ekonomi Laos telah berjuang sejak pandemi COVID-19, dengan inflasi yang meningkat, nilai tukar yang lemah terhadap dolar AS, dan pertumbuhan PDB yang lamban.

Pada bulan Juni, inflasi di Laos mencapai lebih dari 26% pada bulan Juni 2024. Ini sedikit naik dari angka bulan Mei sebesar 25,7%

World Bank (Bank Dunia) mengatakan PDB Laos tumbuh sebesar 3,7% pada tahun 2023 dengan perkiraan 4% pada tahun 2024. Sebelum pandemi, pertumbuhannya adalah 5,5%.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Amburadul, China Mau Tambah Utang Gede-Gedean

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular