BMAD Ubin Keramik

Senjata Mematikan Lawan Keramik Impor China Belum Rilis, Ini Alasannya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 July 2024 13:00
Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Tangerang, CNBC Indonesia - Rencana pemerintah menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap beberapa produk impor dari China termasuk ubin keramik kini terus dikebut. Proses investigasi sudah selesai oleh Komite Anti Dumping (Kadi) Kementerian Perdagangan (Kemendag).

"Untuk perkembangan penyelidikan BMAD produk ubin keramik, penyelidikan tersebut telah selesai," kata Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Danang Prasta Danial kepada CNBC Indonesia, Jumat (19/7/24).

Pihaknya sudah menyampaikan hasil penyelidikan tersebut kepada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) dan sedang dikaji. BMAD ini akan menjadi senjata ampuh dalam menghalau banjir impor keramik ubin dari China, karena pengenaan tarif tambahan akan membuat keramik impor sulit bersaing.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti-dumping Tindakan Imbalan Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Menteri Perdagangan memiliki waktu 14 hari untuk menindaklanjuti rekomendasi dari KADI sejak surat itu diberikan kepadanya.

"Saat ini masih dalam tahap menerima masukan dari Kementerian terkait atas rekomendasi KADI," kata Danang.

Dunia usaha pun menyambut baik rencana pemerintah dalam mengenakan dumping pada keramik impor. Pasalnya, ada potensi China menjadikan Indonesia sebagai pasar setelah pasar Amerika Serikat tertutup akibat perang dagang.

Rencana pemerintah yang bakal segera merilis BMAD keramik membuat Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) yakin pemberlakuan itu bakal meningkatkan utilisasi produksi keramik nasional yakni akan bisa kembali ke 80% di tahun ini dan 90% di tahun 2025.

"Asaki meyakini bahwa BMAD akan segera memulihkan kapasitas produksi keramik nasional khususnya pabrik yang memproduksi Homogeneus Tiles/HT dimana head to head dengan produk impor dari Tiongkok yang saat ini hanya mampu bertahan dengan tingkat utilisasi dibawah 40% karena terdampak berat kerugian akibat praktek dumping tersebut," kata Ketum Asaki Edy Suyanto.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Banjir' Keramik Impor China, RI Sebentar Lagi Punya Senjata Mematikan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular