
Penembakan Trump ke Mana-Mana, Bawa Israel-Hamas, Iran & Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Penembakan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang kembali maju dalam pemilihan presiden negara itu masih panas. Meski pelaku penembakan Thomas Matthew Cooks (20) telah ditembak mati 13 Juli lalu- saat hari kejadian- sejumlah spekulasi bermunculan soal ini.
Beberapa menyangkutkan ini dengan Israel dan Hamas. Sementara ini peristiwa yang disebut FBI sebagai "upaya pembunuhan itu" menyeret Iran dan membuat Rusia merespons.
Israel dan Hamas
Penembakan Trump kini dikaitkan dengan Israel dan Hamas. Ini setidaknya dinyatakan mantan Duta Besar AS untuk Israel David Friedman.
Pria yang menjabat saat Trump menjadi presiden 2017-2021 itu menyebut percobaan pembunuhan tersebut adalah peristiwa 7 Oktober AS. Tanggal itu merujuk penyerangan Hamas ke Israel guna membalas penjajahan Negeri Zionis, yang menjadi dasar Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mendeklarasikan perang Gaza hingga kini.
Dirinya membandingkan kegagalan dalam mencegah penembakan dengan kegagalan untuk mencegah serangan Hamas tersebut. Perlu diketahui kegagalan Israel mencegah serangan penguasa Gaza itu, secara luas dianggap sebagai bencana keamanan terburuk dalam sejarah negeri tersebut.
"Dengar, Anda punya tanggal 7 Oktober, yang saat ini belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi, bukan? Dan ini tanggal 7 Oktober kami," katanya saat diwawancarai wartawan Channel 12, dikutip Times of Israel, dikutip Rabu (17/7/2024).
"Bagi saya sama sekali tidak masuk akal bagaimana seseorang bisa merangkak ke atas atap di depan mata, melihat dengan jelas presiden AS atau mantan presiden, memberikan pidato," ujarnya lagi.
Saat peristiwa terjadi ,Trump sedang berada di podium menyampaikan kampanyenya di hadapan masa partai pendukungnya, Republik. Kala ia berbicara tentang migrasi, tiba-tiba suara tembakan terdengar.
Ia merunduk disusul munculnya aparat Dinas Rahasia AS, Secret Service, mengelilinginya. Penembaknya, Crooks, berhasil melepaskan beberapa tembakan sebelum dibunuh oleh penembak jitu Secret Service.
Trump terkena tembakan di telinganya, meski tak memberinya luka parah. Namun seorang pendukungnya terbunuh oleh tembakan pelaku yang menembus kepala.
"Penembak jitu di atap, dari apa yang saya diberitahu, terlambat mengambil gambar. Maksud saya, semuanya tidak bisa dijelaskan," kata Friedman.
"Namun sayangnya, kita sudah terbiasa dengan hal tersebut di dunia ini. Beberapa kegagalan besar dalam bidang keamanan dan intelijen yang menyebabkan hasil yang mengerikan," tambahnya.
Sebenarnya kehadiran Crooks di tengah kampanye sudah menjadi perhatian sejumlah pendukung Republik yang hadir. Bahkan beberapa melaporkan ke penegak hukum ketika penonton di rapat umum Trump melihat dia bertingkah aneh di luar acara, berjalan di dekat magnetometer.
Seorang petugas penegak hukum setempat naik ke atap dan menemukan Crooks, yang mengarahkan senapan ke petugas tersebut. Petugas itu mundur dari tangga, dan pria bersenjata itu dengan cepat melepaskan tembakan ke arah Trump.
"Ketika saya melihat bagaimana dia (Trump) melompat, bagaimana dia memaksa Secret Service untuk membiarkannya berdiri bahkan ketika wajahnya berlumuran darah untuk memastikan bahwa semua orang tahu dia baik-baik saja untuk berdiri, itulah Donald Trump. Trump, saya tahu," jelasnya.
"Dengan segala trauma yang ada, saya tidak bisa menahan senyum, karena memang itulah pria yang saya kenal...," ceritanya lagi.
"Nalurinya benar-benar muncul dalam peristiwa itu. Saya berasumsi ... yang ingin dia lakukan hanyalah bangkit, berdiri, mengangkat tinjunya dengan penuh kemenangan bahwa dia selamat dan dia baik-baik saja. Dan itulah dia," tambahnya.
Perlu diketahui Crooks telah ditembak mati aparat AS. FBI mengatakan ada potensi terorisme domestik dalam peristiwa itu meski belum diketahui motif jelasnya.
Iran
Sementara itu penembakan Trump juga membuka laporan intelijen soal rencana pembunuhan Trump oleh Iran. Hal ini mendorong Secret Service untuk meningkatkan keamanan di sekitar mantan presiden tersebut.
Laporan dikeluarkan CNN International, Rabu. Namun Crooks diyakini tak ada kaitan dengan hal tersebut.
"Secret Service mengetahui peningkatan ancaman dari aliran ancaman ini," kata pejabat tersebut.
"NSC langsung menghubungi USSS (Secret Service) di tingkat senior untuk memastikan mereka terus melacak laporan terbaru. USSS membagikan informasi ini kepada kepala detail, dan kampanye Trump diberitahu tentang ancaman yang berkembang. Sebagai tanggapan terhadap ancaman yang meningkat, Secret Service menambah sumber daya dan aset untuk perlindungan mantan Presiden Trump. Semua ini dilakukan sebelum hari Sabtu," jelasnya.
Ditegaskan bahwa para pejabat Secret Service juga telah berulang kali memperingatkan tim kampanye Trump untuk tidak mengadakan rapat umum di luar ruangan. Ini akan menimbulkan risiko lebih besar.
"Secret Service dan agen-agen lain terus menerima informasi ancaman potensial baru dan mengambil tindakan untuk menyesuaikan sumber daya sesuai kebutuhan," kata juru bicara agensi tersebut, Anthony Guglielmi.
"Kami tidak dapat mengomentari aliran ancaman tertentu, selain mengatakan bahwa Secret Service menanggapi ancaman dengan serius dan meresponsnya sesuai," jelasnya.
Sementara itu, Misi Permanen Republik Islam Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membantah adanya rencana Iran untuk membunuh Trump. Tuduhan ini disebut tidak berdasar dan jahat.
"Dari perspektif Republik Islam Iran, Trump adalah seorang kriminal yang harus diadili dan dihukum di pengadilan hukum karena memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani. Iran telah memilih jalur hukum untuk membawanya ke pengadilan," kata seorang juru bicara misi tersebut.
Rusia
Di sisi lain, Rusia juga memberi respons terbaru soal penembakan Trump. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut upaya pembunuhan presiden dan calon presiden telah menjadi tradisi dalam kehidupan politik AS.
Zakharova menyebutkan ini bahkan diakui Presiden AS Joe Biden. Kata dia, kutipnya, upaya pembunuhan terhadap presiden, calon presiden, tokoh terkemuka, dan tokoh politik adalah manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS.
"Biden seharusnya mengatakan bahwa ini bukan hanya manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS tetapi juga sebuah 'tradisi'," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Elon Musk Pastikan Dukungan Untuk Trump Usai Insiden Penembakan
