Internasional

Siaga PD 3 di Depan Mata, Militer China & Rusia 'Bersatu' Lawan NATO

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
16 July 2024 21:50
Iran akan memulai latihan angkatan laut gabungan dengan Rusia dan China di bagian utara Samudera Hindia, kata media pemerintah Selasa (12/3). (Iranian Army via AP)
Foto: Ilustrasi (Iranian Army via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Angkatan Laut Rusia dan China telah memulai latihan gabungan di Pasifik sejak pekan lalu. Latihan selama tiga hari bertajuk 'Maritime Joint-2024' tersebut sedang dilakukan di dekat kota Zhanjiang, China.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) China mengatakan latihan ini akan melatih kemampuan angkatan laut untuk mengatasi ancaman keamanan. Ini juga untuk menjaga stabilitas internasional dan regional dan meningkatkan kemitraan strategis.

"Patroli maritim gabungan keempat di Samudra Pasifik barat dan utara tidak menargetkan pihak ketiga dan tidak ada hubungannya dengan situasi internasional dan regional saat ini," klaim Kemhan China, seperti dikutip RT, Selasa (16/7/2024).

Sementara media TASS, mengutip kantor pers armada tersebut, melaporkan dua kapal dari Armada Pasifik Rusia berpartisipasi dalam acara tahunan tersebut. Awak kapal akan melakukan latihan pertahanan udara dan latihan yang melibatkan penerbangan anti-kapal selam, serta memasok ulang pasokan saat bergerak dan pelatihan penyelamatan laut.

Kerja sama angkatan laut tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan anggota NATO. Dalam sebuah dokumen yang diadopsi setelah pertemuan puncak NATO minggu lalu di Washington, blok yang dipimpin AS tersebut menuduh bahwa Beijing telah bekerja sama dengan Moskow untuk "melemahkan dan membentuk kembali tatanan internasional berbasis aturan".

Komunike tersebut juga mengklaim bahwa China telah menyediakan bahan dan komponen penggunaan ganda kepada produsen senjata Rusia di tengah konfliknya dengan Ukraina. Namun Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah menepis tuduhan tersebut tidak berdasar dan menegaskan bahwa Beijing "selalu menjadi kekuatan untuk perdamaian dan stabilitas di komunitas internasional".

Wang mendesak NATO untuk fokus pada dialog dan membangun "rasa saling percaya" alih-alih melontarkan tuduhan terhadap Beijing. Pemerintah China telah berulang kali menolak pembingkaian Barat atas konflik Ukraina, yang telah menyajikannya sebagai tindakan agresi Rusia yang tidak beralasan, sebaliknya Beijing telah mengutip ekspansi NATO di Eropa sebagai penyebab utama.

Perlu diketahui, perdagangan antara Rusia dan China telah meningkat pesat sejak Barat memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Moskow atas konflik Ukraina. Ini memaksa banyak bisnis internasional untuk meninggalkan negara tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PD3 di Depan Mata, Terungkap Rencana Baru NATO ke Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular