Internasional

Biden Disebut 'Dalang' Penembakan Trump, Kok Bisa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 July 2024 12:00
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara pada upacara penutupan peringatan 75 tahun NATO di Washington DC, AS, Kamis (11/7/2024). (REUTERS/Yves Herman)
Foto: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. (REUTERS/Yves Herman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Percobaan pembunuhan yang dialami mantan dan calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Sabtu lalu mengundang reaksi dari berbagai pihak. Tak hanya dalam negeri tapi juga luar Paman Sam.

Muncul pula teori mengaitkan Presiden AS saat ini Joe Biden. Lalu bagaimana pemberitaannya?

BidenĀ "Dalang" Penembakan Trump dari Rusia


Pernyataan menyeret BidenĀ muncul di Rusia. Penembakan ini pun menjadi tajuk bahasan dalam salah satu acara televisi Moskow yang digagas sekutu Presiden Vladimir Putin, Vladimir Solovyov.

Dalam acara 'At Time' di Solovyov Live Network, Minggu waktu setempat, mantan koresponden New York Times John Varoli mengklaim Biden merupakan biang kerok dari penembakan ini. Namun Varoli tidak membeberkan bukti kuat bahwa memang Biden pelaku utama aksi brutal ini.

"Partai Demokrat berada di balik percobaan pembunuhan ini! Partai Demokrat melakukan segalanya untuk menghancurkan Donald Trump!," ujarnya dalam acara itu dikutip The Daily Beast, dikutip Senin (15/7/2024).

Varoli menambahkan bahwa Secret Service dan badan-badan intelijen AS lainnya telah dikendalikan oleh pemerintahan Biden. Ia menyatakan badan-badan itu "penuh dengan kaum liberal" dan mungkin ikut serta dalam serangan terhadap Trump.

"Joe Biden adalah seorang teroris. Ia memerintahkan banyak tindakan teroris terhadap negara Anda (Rusia). Di bawah kepemimpinan Joe Biden, AS menjadi sponsor terorisme terbesar di dunia," tambahnya.

Tudingan lain juga dialamatkan pembawa acara Andrey Ponomar. Ia menuduh bahwa Ukraina ikut terlibat dalam plot pembunuhan Trump dengan mengaitkan kemampuan Ukraina meledakkan pipa Nord Stream

"Karena warga Ukraina diduga mampu meledakkan pipa Nord Stream, maka kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov, mungkin juga dikaitkan dengan upaya pembunuhan terhadap Trump," ujarnya.

Ponomar kemudian memutar klip lama dari Saturday Night Live di mana Jim Carrey dengan bercanda menggambarkan Presiden Joe Biden menembakkan senjata sementara Ponomar menyarankan presiden akan melakukan "menembak lawan-lawannya."

"Biden dan 'deep state' siap menenggelamkan Amerika dan seluruh dunia dalam pertumpahan darah," tulis video itu.

Program Solovyov Live Network yang digagas oleh Vladimir Solovyov telah berulang kali menyampaikan peringatan bahwa Trump mungkin akan dibunuh. Ini dilontarkan program ini setelah Trump menyampaikan sikap yang lunak atas serangan Moskow ke Ukraina.

"Kita harus sangat prihatin dengan kehidupan Donald Trump. Trump akan dibunuh," ucapnya.

Solovyov juga pernah meramalkan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS mendatang, dan menyatakan bahwa Trump kini tidak dapat dihentikan, kecuali ada pembunuh yang lebih efisien.

"Ini adalah momen dimana Trump jelas akan menjadi presiden. Ini dia! Ini adalah tragedi bagi Zelensky," tambahnya.

Partai Republik AS

Sementara itu, mengutip AFP, tudingan yang menyeret Biden muncul dari partai lawannya Partai Republik. Trump sendiri berasal dari partai ini.

Salah satu Senator dari Partai Republik, J.D. Vance, menuding bahwa retorika kampanye yang dilontarkan Biden telah berujung pada percobaan pembunuhan Trump. Menurutnya, Biden merupakan fasis yang harus dihentikan, tanpa memberikan bukti atas tuduhannya itu.

"Premis utama kampanye Biden adalah bahwa Presiden Donald Trump adalah seorang fasis otoriter yang harus dihentikan dengan cara apa pun. Retorika tersebut mengarah langsung pada percobaan pembunuhan Presiden Trump," ucapnya, Minggu.

Tudingan serupa juga disampaikan Steve Scalise, seorang anggota Partai Republik yang ditembak pada tahun 2017. Ia menyebut Partai Demokrat, yang menjadi kendaraan politik Biden, sebagai biang kerok atas insiden yang menewaskan satu pendukung Trump itu.

"Para pemimpin Demokrat telah memicu histeria menggelikan bahwa kemenangan Donald Trump dalam pemilu akan menjadi akhir dari demokrasi di Amerika," katanya.

Anggota DPR dari Partai Republik, Mike Collins, melangkah lebih jauh mengenai penembakan tersebut. Ia menyatakan "Joe Biden mengirimkan perintah pembunuhan ini," tanpa memberikan bukti yang dapat dipercaya.

Anggota DPR Republik lainnya, Marjorie Taylor Greene, mengatakan bahwa AS berada dalam pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Ia juga menyebut Partai Demokrat sebagai 'partai pedofil' dan 'partai kekerasan'.

"Partai Demokrat benar-benar jahat, dan kemarin mereka mencoba membunuh Presiden Trump," tegasnya.

Komentar ini merupakan bagian dari meningkatnya dukungan dari Partai Republik yang menyalahkan Partai Demokrat, bahkan ketika FBI mengatakan mereka belum mengidentifikasi ideologi penembak. Komentar ini juga menambah bahan bakar dalam suasana politik yang telah lama tegang dan sangat terpolarisasi.

"Partai Republik, yang tema utamanya adalah hak kepemilikan senjata dan penolakan terhadap dugaan tindakan pemerintah yang berlebihan, lebih cenderung mengawinkan retorika semacam itu dengan gambaran yang berkaitan dengan senjata," kata seorang profesor ilmu politik di Universitas Georgetown, Michael Bailey.

"Dan beberapa dari mereka (termasuk Trump) tidak menyembunyikan kemuliaan mereka ketika mereka meremehkan serangan kekerasan terhadap suami Nancy Pelosi," tambahnya, merujuk pada serangan tahun 2022 kepada suami figur Demokrat itu.

Dalam situasi seperti ini, Bailey menyerukan agar diadakannya depolitisasi isu. Pasalnya, dugaan semacam ini dapat mendatangkan eskalasi lebih lanjut yang berujung pada instabilitas.

"Dalam lingkungan dengan begitu banyak senjata... retorika yang memanas mungkin saja memotivasi orang yang tidak seimbang di sisi mana pun," tegasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Kata Biden soal Donald Trump Resmi Divonis Bersalah Pengadilan AS?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular