
Faisal Basri Beberkan Penyebab APBN Terakhir Jokowi Jebol

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior Faisal Basri buka suara mengenai penyebab utama defisit dalam APBN 2024 melebihi asumsi menjadi 2,7%. Dia menduga hal tersebut terjadi karena banyaknya belanja tambahan pemerintah, seperti Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN.
"Ada belanja tambahan misalnya PMN," kata Faisal ditemui di kawasan Gedung DPR RI, Rabu, (10/7/2024).
Selain itu, Faisal mengatakan membengkaknya bunga utang jatuh tempo juga menjadi sebab lainnya. Sebagaimana diketahui, pembayaran bunga utang jatuh tempo yang telah direncanakan pada tahun ini akan membengkak sekitar Rp 1,5 triliun. Pemicunya ialah nilai tukar rupiah yang kini terus bertengger di atas Rp 16.000/US$, jauh di atas asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2024 sebesar Rp 15.000/US$.
Faisal mengatakan belanja tambahan untuk menggelar upacara 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara juga ikut membebani APBN. Dia bilang upacara tersebut pasti akan memakan banyak biaya.
"Itu biayanya mahal banget," kata dia.
Di lain sisi, Faisal mengatakan defisit yang membengkak juga disebabkan oleh menurunnya penerimaan negara. Misalnya saja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang turun pada semester I 2024. "Dibandingkan dengan target APBN itu meleset, itu yang terutama bikin melebar," katanya.
Sebelumnya, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2024 membengkak menjadi Rp 609,7 triliun, atau setara 2,7% dari produk domestik bruto (PDB). Proyeksi defisit di tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo ini melebar dari semula Rp 522,8 triliun atau setara 2,29% PDB.
Defisit itu disebabkan belanja negara yang membengkak menjadi sebesar Rp 3.412,2 triliun, atau 102,6% dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp 3.325,1%. Sementara itu, pendapatan atau penerimaan negara tetap sesuai dengan target APBN 2024 sebesar Rp 2.802,5 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, beban defisit APBN yang melonjak itu akan ditutup dari saldo anggaran lebih atau SAL yang telah pemerintah kumpulkan sejak 2022-2023 silam. Total SAL yang digunakan ialah Rp 100 triliun.
"Akan dibiayai melalui tambahan penggunaan SAL Rp 100 triliun dan penerbitan SBN tetap lebih rendah. Jadi dalam hal ini meski defisit naik penerbitan SBN tidak naik," ucap Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, dikutip selasa (9/7/2024).
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Sudah Belanja Rp 1.145,3 Triliun Tahun Ini, Untuk Apa Saja?
