
5 Fakta Orang Indonesia Juara Buang-Buang Makanan

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas mengungkapkan besarnya jumlah makanan yang terbuang di Indonesia. Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut jumlah makanan yang terbuang di Indonesia tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga mendorong kerusakan iklim.
"Pengendalian sisa pangan atau food loss and waste jadi salah satu strategi yang dapat menekan jumlah timbunan sampah hingga separuhnya," kata dia dikutip Kamis, (4/7/2024).
Temuan Bappenas perihal makanan yang dibuang ini tertuang dalam dokumen Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045.
Fenomena susut dan sisa pangan merujuk pada istilah yang lebih populer, yaitu food loss and waste. Penyusutan (loss) makanan umumnya terjadi pada proses produksi hingga distribusi sebuah makanan. Sementara itu, sisa (waste) makanan terjadi karena tindakan konsumen tidak menghabiskan makanan atau sengaja membuangnya.
Berikut ini adalah sejumlah temuan yang dimuat Bappenas dalam kajiannya:
Kerugian Rp 551 Triliun
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut kerugian ekonomi yang muncul dari fenomena food loss and waste ini amat besar. Bappenas, kata dia, memperkirakan nilai ekonomi makanan terbuang tersebut mencapai Rp 551 triliun dalam setiap tahun.
"Risiko kehilangan nilai ekonomi ini mencapai Rp 551 triliun," katanya.
Cukup untuk Kasih Makan Orang Miskin
Suharso mengatakan makanan yang terbuang di seluruh Indonesia cukup untuk memberi makan hampir seluruh warga miskin di Indonesia. Adapun menurut Badan Pusat Statistik, jumlah warga miskin di Indonesia mencapai 25,22 juta atau 9,03% dari seluruh penduduk.
"Pemanfaatan sisa pangan yang masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi sedikitnya sebanyak 62% dari penduduk yang kekurangan," kata dia.
Selain itu, Suharso mengatakan apabila bisa diselesaikan, masalah sisa makanan ini juga mampu menurunkan emisi gas rumah kaca mencapai 1.702,9 metrik ton CO2.
Nomor 1 di ASEAN
Bappenas mencatat Indonesia menempati urutan pertama negara di ASEAN untuk urusan membuang makanan. Jumlah sampah makanan di Indonesia mencapai 20,94 juta ton pada tahun 2021.
Jumlah makanan sisa di Indonesia sangat tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Filipina yang berada di urutan kedua tercatat memproduksi sampah makanan berjumlah 9,33 juta ton per tahun.
Sementara Vietnam yang ada di urutan ketiga 'hanya' memproduksi sampah makanan 7,35 juta ton per tahunnya. Thailand berada di urutan ke-4 dengan jumlah sampah makanan 5,48 juta ton. Sedangkan negara Asean yang paling sedikit membuang makanan adalah Brunei Darussalam dengan 34 ribu ton per tahun.
Nasibmu Beras
Indonesia diketahui banyak mengimpor beras. Namun, beras menjadi makanan yang paling banyak dibuang oleh orang Indonesia.
Bappenas memperkirakan kebutuhan konsumsi tanaman pangan beras/jagung per tahun di Indonesia pada 2022 mencapai 26,1 juta ton. Dari jumlah itu, penyusutan dan sisa beras yang terbuang mencapai 3,5 juta ton.
Bila tak dibenahi, Bappenas memperkirakan jumlah beras/jagung yang terbuang akan melonjak pada 2045. Kebutuhan beras/jagung pada 2045 diperkirakan mencapai 42 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 5,6 juta ton akan akan terbuang.
"Secara absolut, beras/jagung diproyeksikan akan berkontribusi paling besar pada SSP di tahun 2045, yaitu sekitar 5,6 juta ton."
Juara Lokal
DKI Jakarta tercatat menjadi provinsi yang paling banyak membuang makanan. Hal tersebut terlihat dari data jumlah sampah makanan yang diproduksi oleh masing-masing provinsi setiap tahun.
Warga DKI Jakarta rata-rata menghasilkan 281 ribu ton sampah makanan setiap tahun. Sementara itu, Banten ada di posisi kedua dengan jumlah sampah makanan mencapai 172 ribu ton. Jawa Barat berada di urutan ketiga dengan jumlah sampah 166 ribu ton.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Puluhan Juta Orang RI Miskin, Sebagian Lain Buang-Buang Makanan