Warga RI Buang-buang Makanan Rp500 T/Tahun, Juara 1 di ASEAN!

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
03 July 2024 15:29
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, di Bekasi, Jawa Barat, Senin (10/8/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, di Bekasi, Jawa Barat, Senin (10/8/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia-Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengungkapkan Indonesia menempati urutan pertama negara di Asean untuk urusan membuang-buang makanan. Jumlah sampah makanan di Indonesia mencapai 20,94 juta ton pada tahun 2021.

Fakta tersebut terungkap dalam dokumen Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan (food loss and waste) yang diterbitkan oleh Bappenas.

Berdasarkan dokumen itu, jumlah makanan sisa di Indonesia sangat tinggi dibandingkan negara lainnya. Filipina yang berada di urutan kedua tercatat memproduksi sampah makanan berjumlah 9,33 juta ton per tahun.

Sementara Vietnam yang ada di urutan ketiga 'hanya' memproduksi sampah makanan 7,35 juta ton per tahunnya. Thailand berada di urutan ke-4 dengan jumlah sampah makanan 5,48 juta ton. Sedangkan negara Asean yang paling sedikit membuang makanan adalah Brunei Darussalam dengan 34 ribu ton per tahun.

Bappenas menyebut pemerintah akan mencari solusi atas banyaknya makanan yang terbuang tersebut. Pengelolaan makanan yang baik bisa berdampak positif pada perekonomian sekaligus menyelamatkan ekosistem.

"Pengelolaan susut dan sisa pangan tidak hanya mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi," tulis Bappenas dalam dokumen itu, dikutip Rabu, (3/7/2024).

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan nilai ekonomi dari makanan yang terbuang di Indonesia mencapai Rp 551 triliun per tahunnya.

"Risiko kehilangan nilai ekonomi ini mencapai Rp 551 triliun," kata Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara Green Economy Expo, di Jakarta Convention Center, Rabu, (3/7/2024).

Suharso mengatakan selain merugikan secara ekonomi, pengendalian fenomena food loss and waste ini juga bisa menyelesaikan masalah sampah di Indonesia. Dia memperkirakan apabila jumlah makanan sisa bisa ditekan, maka jumlah timbunan sampah juga akan berkurang.

Suharso menilai masalah makanan sisa di Indonesia ini cukup serius. Dia mengatakan apabila dimanfaatkan, sisa makanan itu sebenarnya bisa digunakan untuk memenuhi 62% kebutuhan energi penduduk.

"Pemanfaatan sisa pangan yang masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya sebanyak 62% dari penduduk yang kekurangan energi," kata dia.

Selain itu, kata dia, pengelolaan sisa makanan ini juga akan berkontribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca mencapai 1.702,9 metrik ton CO2. Dengan kontribusi rata-rata per tahun setara dengan 7,29% emisi gas rumah kaca di Indonesia. "Pengelolaan sisa pangan juga berkontribusi pada penurunan emisi," katanya.


(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Hidden Gem Masakan 'Je-Jepangan' di Jakarta Barat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular