Makanan Sisa Tembus Rp500 T, Orang RI Bikin Bumi Bak Neraka
Jakarta, CNBC Indonesia-Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas) mencatat jumlah susut dan sisa makanan atau food lost and waste di Indonesia amat besar. Banyaknya sisa makanan ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga berpotensi memperburuk perubahan iklim.
Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut berdasarkan kajian lembaganya, pengelolaan food lost and waste yang lebih baik mampu menurunkan emisi hingga 1.702,9 metrik ton gas rumah kaca atau CO2. Angka itu setara dengan 7,29% gas rumah kaca yang diproduksi di seluruh Indonesia pada 2019.
"Pengelolaan susut dan sisa pangan berkontribusi pada penurunan emisi hingga 1.702,9 matrik ton karbondioksida atau ekuivalen dengan 7,3% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia tahun 2019," kata Suharso dalam acara Green Economy Expo, di Jakarta Convention Center, Rabu, (3/7/2024).
Suharso melanjutkan pengelolaan sisa makanan yang baik juga bisa mengatasi masalah lingkungan, yaitu tumpukan sampah. Dia memperkirakan pengelolaan itu mampu mengurangi jumlah sampah di Indonesia hampir setengahnya.
"Penurunan susut dan sisa makanan atau foodlost and waste menjadi salah satu strategi prioritas yang dapat menekan jumlah timbunan sampah hingga separuh yang ada saat ini," katanya.
Adapun Bappenas memperkirakan sisa makanan yang dibuang oleh masyarakat memiliki nilai ekonomi mencapai Rp 213-551 triliun per tahunnya. Jumlah tersebut apabila dikelola secara baik, mampu memberi makanan kepada 62% hingga 100% penduduk yang kekurangan gizi.
"Pemanfaatan sisa pangan yang masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya 62% dari total penduduk yang kekurangan energi," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, Bappenas telah menyusun Peta Jalan Pengurangan Susut dan Sisa Makanan. Peta jalan ini menjadi langkah strategis bagi pemerintah untuk mengurangi banyaknya makanan terbuang itu.
(rsa/mij)