
Kabar Buruk dari India, Moody's Beri Peringatan Krisis

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat ekonomi dan perbankan, Moody's Rating, memberikan peringatan baru untuk India. Hal ini dikarenakan kondisi krisis air yang saat ini menyerang Negeri Hindustan itu.
Menurut Moody's, kekurangan air yang parah di India dapat melemahkan kekuatan kredit negaranya. Hal ini juga dapat memicu kerusuhan sosial jika sektor pertanian dan industri terganggu.
"Kondisi cuaca ekstrem termasuk gelombang panas dan kekeringan telah memperburuk situasi, menempatkan negara dengan populasi terpadat di dunia ini dalam posisi berbahaya," kata Moody's dalam sebuah laporan pada hari Selasa, dikutip CNBC International Kamis (27/6/2024).
India sangat bergantung pada hujan monsun untuk pasokan airnya. Namun di sisi lain, negara itu juga rentan terhadap kondisi cuaca buruk dan ekstrim.
"Kekurangan air dapat mengganggu produksi pertanian dan operasi industri, yang mengakibatkan inflasi harga pangan dan penurunan pendapatan bagi dunia usaha dan pekerja yang terkena dampak, terutama petani, sekaligus memicu keresahan sosial," ungkap Moody's.
"Hal ini pada gilirannya dapat memperburuk volatilitas pertumbuhan India dan melemahkan kemampuan perekonomian untuk menahan guncangan, mengingat lebih dari 40% tenaga kerja di negara ini bekerja di bidang pertanian," tambahnya.
Saat ini, ibu kota India New Delhi sedang mengalami krisis air yang parah. Menteri Air Delhi Atishi mengatakan saat ini ada jutaan orang yang sangat kesulitan dalam mengakses air
"Ada 2,8 juta orang di kota ini yang sangat menginginkan setetes air saja," ungkapnya
Pekan lalu, Atishi menyatakan bahwa ia akan melakukan mogok makan sampai negara bagian Haryana di India Utara mengalirkan lebih banyak air ke Delhi dari sungai Yamuna. Ia menjelaskan bahwa negara bagian tersebut telah mengeluarkan 110 juta galon air lebih sedikit per hari.
Pada awal Juni, menteri tersebut mengatakan kotanya menghadapi kekurangan air sebesar 50 juta galon setiap hari. Ini disebabkan kurangnya pasokan air baku dari sungai Yamuna dan sumber lainnya.
Pertanian Terancam
Sebagai pusat pertanian, India adalah produsen susu dan rempah-rempah terbesar di dunia. Negara ini juga merupakan penghasil beras, gandum, sayuran, buah-buahan dan kapas terbesar kedua.
Untuk melakukan aktivitas produksi pangan. India masih bergantung penuh pada persediaan air. Diketahui, pertanian menyumbang 90% penggunaan air di India.
"Kekeringan pada bulan Agustus memperketat pasokan gula, mendorong harga di Maharashtra dan Karnataka naik ke level tertinggi dalam enam tahun," kata Moody's.
"Penurunan pasokan air dapat mengganggu produksi pertanian dan operasi industri, mengakibatkan inflasi harga pangan dan penurunan pendapatan bagi dunia usaha dan masyarakat yang terkena dampak, sekaligus memicu keresahan sosial," tambahnya.
"Hal ini pada gilirannya dapat memperburuk volatilitas pertumbuhan India dan melemahkan kemampuan perekonomian untuk menahan guncangan," ungkap laporan itu lagi.
Pembangkit Listrik Batu Bara
Sektor-sektor yang bergantung pada air seperti pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembuat baja juga akan menerima dampak yang paling parah. Moody's menyebut hal ini akan menghambat pertumbuhan pendapatan dan membatasi kekuatan kredit.
"Di India, pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan konsumen air terbesar karena negara ini sangat bergantung pada pembangkit listrik berbasis batu bara," papar laporan itu.
"Seiring dengan memburuknya kekurangan air, pembangkit listrik tenaga batu bara di daerah yang kekurangan air dapat mengalami gangguan operasional selama musim kemarau ketika penyediaan air untuk minum menjadi prioritas yang lebih tinggi dibandingkan penyediaan air untuk bisnis," jelasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: PM Modi Rasis ke Warga Muslim, Oposisi India Ngamuk