Internasional

"Kiamat" Baru Ancam Inggris, Warga Bisa Kelaparan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 June 2024 15:05
Rak-rak kosong di supermarket Sainsbury di London timur. Beberapa supermarket Inggris telah memberlakukan batasan pembelian beberapa buah dan sayuran oleh pelanggan. (AFP via Getty Images/DANIEL LEAL)
Foto: Rak-rak kosong di supermarket Sainsbury di London timur. Beberapa supermarket Inggris telah memberlakukan batasan pembelian beberapa buah dan sayuran oleh pelanggan. (AFP via Getty Images/DANIEL LEAL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekurangan pangan yang parah akan mengancam Inggris. Badan-badan pertanian, makanan dan minuman utama di negeri itu telah menyuarakan permasalahan ini.

Sebuah surat yang ditandatangani oleh Persatuan Petani Nasional (NFU) dan Konsorsium Ritel Inggris (BRC) bahkan dikirimkan ke semua partai yang berlaga di pemilu negeri itu, baik Konservatif, Buruh maupun Demokrat Liberal. Intinya adalah mereka meneriakkan tanggung jawab dasar pemerintah untuk memastikan warganya aman dan diberi makan layak.

"Kita mendengar banyak tentang pertahanan dan ketahanan energi, dalam beberapa minggu terakhir, (tapi) kita hanya mendengar sedikit sekali tentang ketahanan pangan," bunyi surat itu, dimuat The Guardian, dikutip Selasa (25/6/2024).

"Kurangnya fokus pada pangan dalam narasi politik selama kampanye menunjukkan adanya 'titik buta' yang mengkhawatirkan bagi mereka yang akan memerintah kita," tambahnya menyinggung pemilu yang akan segera digelar di Inggris di mana partai-partai berkompetisi memenangkan kekuasaan.

Sebenarnya, para petani Inggris tengah menghadapi sejumlah tantangan dalam produksi pertanian. Mulai dari cuaca ekstrem hingga meningkatnya biaya produksi yang membatasi kemampuan mereka untuk bercocok tangan.

Antara Oktober 2022 dan Maret 2024, Inggris mengalami periode 18 bulan terbasah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1836. Banyak pertanian terendam air dan petani tak bisa bercocok tanam.

Analisis yang dilakukan oleh Unit Intelijen Energi dan Iklim memperkirakan bahwa produksi tanaman pangan utama, seperti gandum, jelai dan oat, dapat turun seperlima tahun ini karena cuaca basah.

Survei kepercayaan petani tahunan NFU pun mencatat mayoritas petani akan menurunkan produksi tahun depan.

Surat tersebut juga menunjukkan bagaimana pasokan pangan telah mengalami tekanan di toko-toko Inggris. Walaupun, dikatakan pula bahwa, sistem pangan negeri itu sejauh ini telah bekerja efisien dan tangguh dalam beberapa tahun terakhir dalam menghadapi Covid-19, perang Ukraina dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

"Sangatlah bodoh untuk berasumsi bahwa sistem pangan kita akan selalu tahan terhadap guncangan, terutama dengan latar belakang meningkatnya ketidakstabilan geopolitik dan perubahan iklim," tambah surat itu lagi.

Inggris sendiri akan melakukan pemilu 4 Juli. Keputusan ini diumumkan Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak akhir Mei lalu, mengakhiri spekulasi berbulan-bulan.

Sunak berasal dari Partai Konservatif telah berjanji untuk meningkatkan anggaran pertanian di seluruh Inggris sebesar £1 miliar (sekitar Rp 20 triliun) melalui parlemen jika terpilih. Partai mengatakan akan memperkenalkan target ketahanan pangan yang mengikat secara hukum bagi negara tersebut.

Partai lain, Demokrat Liberal, juga berkomitmen sama dengan berencana menyuntikkan dana sebesar £1 miliar per tahun ke dalam anggaran pertanian. Partai ini juga menjanjikan konsultasi lebih lanjut dengan sektor ini mengenai kesepakatan perdagangan.

Sementara Partai Buruh, belum memberikan angka anggaran pertaniannya. Namun partai tersebut berjanji akan mempublikasikan strategi perdagangan untuk meningkatkan standar tertinggi dalam produksi pangan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Kapal Rusia Terciduk Masuk Wilayah Inggris

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular