Tak Diduga, Ternyata Ini yang Bikin Kendaraan Listrik di China Maju

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasan di balik masifnya perkembangan kendaraan listrik di China.
Luhut mengatakan, hal itu tidak lain karena Negeri Tirai Bambu tersebut menggencarkan riset, khususnya untuk perguruan tinggi, dengan menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Akibatnya, pengembangan teknologi kendaraan listrik pun semakin canggih dan maju.
"Tiongkok mendominasi supply chain mineral kritis untuk EV, karena pengembangan R&D yang lebih maju dibandingkan negara-negara Barat. Ini menarik. Kenapa? Saya melihat ke universitas-universitas di Tiongkok, mereka punya dana research, itu seperti Jinjiang University, dana research-nya itu hanya satu Universitas Jinjiang, itu US$ 450 juta," beber Luhut dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue, Kamis (20/6/2024).
Luhut menyebutkan, dengan masifnya riset yang dilakukan, hasilnya China bisa menandingi kemajuan teknologi dari negara-negara Barat.
"Itu adalah tadi, untuk tadi, mineral satu, research untuk besi-besi, apa namanya itu. Mereka begitu besar. Nah, Tiongkok ini betul-betul memajukan research mereka," jelasnya.
Indonesia sendiri, Luhut mengatakan riset yang dilakukan dalam negeri termasuk untuk mengembangkan kendaraan listrik terhitung sangat kurang. Bila dibandingkan dengan riset di China, di mana untuk satu kampus saja bisa sebesar US$ 450 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun (asumsi kurs Rp 16.000 per US$), sementara itu Indonesia hanya menggelontorkan dana Rp 27 triliun secara akumulasi untuk seluruh perguruan tinggi di Tanah Air.
"How can you compete with Jinjiang? How can you compete? Kita dana research kita, berapa? Rp 27 triliun. Untuk seluruh nasional. Ini satu universitas saja US$ 450 juta," tambahnya.
Untuk itu, Luhut menyebutkan Indonesia bisa mengikuti langkah China dengan mengembangkan riset di dalam negeri. Dia menyebut, pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak China untuk bekerja sama dengan Indonesia.
"Kita, untungnya dengan ada high level dialogue dengan Tiongkok, kita bekerja sama dengan mereka, sehingga kita bisa mengikuti. Sekarang bisa kita bangun kerja sama langsung," tandasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan US$ 20.000, Ini Harga Nikel yang Diharapkan RI