Pedagang Mendadak Ngeluh Penjualan Mobil Listrik Bekas Susah Laku

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
12 June 2024 16:08
Ilustrasi penjualan mobil bekas. (CNBC Indonesia/Martya Rizky)
Foto: Ilustrasi penjualan mobil bekas. (CNBC Indonesia/Martya Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah masifnya transformasi industri otomotif, dengan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik, ternyata penjualan mobil listrik bekas mengalami tantangan. Salah satunya, penjualan mobil listrik bekas yang sulit laku, seperti yang dikeluhkan oleh sejumlah pedagang di bursa mobil WTC Mangga Dua, Jakarta Utara.

Salah seorang pedagang bernama Insan menyebut, market jual mobil listrik bekas di bursa mobil WTC Mangga Dua sudah sekitar dua bulanan ini menurun. Katanya, peminat mobil listrik bekas sedang berkurang, berbeda dengan penjualan mobil bekas bertenaga bensin yang masih ramai diminati pembeli.

"Market jual mobil listrik ini lagi lemah, atau peminatnya ini sekarang lagi kurang untuk mobil listrik. Melemahnya sudah sekitar 2 bulanan, dari habis Lebaran (Idul Fitri) lah," kata Insan saat ditemui CNBC Indonesia di lokasi, Rabu (12/6/2024).

Ia pun mengeluh bahwa stok mobil listrik yang dijualnya tak kunjung laku. Padahal, dia sudah memasang harga yang bersaing. Sebagai tambahan informasi, Insan menjual mobil listrik bekas keluaran Wuling tipe Air EV Long Range dengan harga Rp210 juta.

"Ini punya saya juga stok sudah lama, belum laku-laku. Di situ (showroom lain) juga ada tiga unit sudah lama nggak laku-laku. Marketnya memang lagi lemah," ujarnya.

Alasannya, menurut dia, karena pembeli belakangan ini cenderung mempertimbangkan harga baterai yang mahal. Bahkan, dia menyebut harga baterainya sendiri saja sudah setengah dari harga mobil. Selain itu, faktor arus lalu lintas di Indonesia yang cenderung macet, sehingga banyak pengguna mobil listrik yang khawatir baterai mobilnya akan habis di tengah hiruk pikuk padatnya lalu lintas.

Ilustrasi penjualan mobil bekas. (CNBC Indonesia/Martya Rizky)Foto: Ilustrasi penjualan mobil bekas. (CNBC Indonesia/Martya Rizky)
Ilustrasi penjualan mobil bekas. (CNBC Indonesia/Martya Rizky)

"Faktor yang pertama ya itu karena baterainya yang mahal, harganya lebih dari setengahnya (50%) harga mobil. Kedua, Wuling ini kan dari China, kalau di sana lalu lintas cenderung lancar ya, sedangkan di kita kan macet, jadi itu baterainya gak bisa diprediksi, mungkin orang takut baterai habis juga. Itu faktor kenapa orang kurang tertarik sama mobil listrik kalau menurut saya," jelasnya.

Hal senada juga dikatakan, Jerry (nama samaran), ia menyebut penjualan mobil listrik belakangan ini memang cenderung melemah, dan faktor baterai yang mahal menjadi pemicu kurangnya minat masyarakat untuk membeli mobil listrik bekas.

"Harga baterainya mahal. Tapi urusan kondisi baterai mobil kan ada garansi 8 tahun, itu sih nggak ada masalah ya. Cuma ya mungkin ada lah kekhawatiran dari masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut, baik Insan maupun Jerry mengaku bahwa mereka menjual mobil listrik dengan kondisi baterai bawaan pabrik, atau mereka tidak ada mengganti baterai tersebut dengan yang baru. Dengan alasan, kerugian yang ditanggung mungkin akan besar jika menggantinya dengan yang baru.

"Engga (diganti) dong, saya nggak mungkin ganti baru, bawaan pabrik. Karena kondisinya pas dijual masih bagus. Lagian kan ada garansi 8 tahun dari Wuling-nya," ucap Jerry.

Sementara itu Insan mengatakan, "Bawaan (pabrik) dong, kita nggak mungkin gantiin baterai, yah pasti kita rugi, nggak mungkin bisa jual, baterainya saja 50% harga mobil kok," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Ungkap Biang Kerok Penjualan Mobil Listrik Bekas Susah Laku

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular