Hasil Mengejutkan Pemilu Terbesar Dunia di India, Modi Menang Tapi....
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilu India sudah melakukan pemungutan suara, kemarin. Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri India Narendra Modi unggul.
"Ketiga kalinya berturut-turut", kata Modi kepada kerumunan pendukungnya yang bersorak di ibu kota New Delhi, saat pidato kemenangan, dikutip AFP Rabu (5/6/2024).
"Masa jabatan ketiga kita akan menjadi salah satu keputusan besar dan negara ini akan menulis babak baru pembangunan," katanya lagi.
Namun ada satu fakta terkuak. Partai Hindu itu kehilangan mayoritas nasionalnya setelah mengalami kekalahan besar di negara-negara bagian utama.
Hal ini menandai perubahan dramatis dalam lanskap politik negeri itu, di mana selama ini BJP mendominasi hampir satu dekade terakhir. Kinerja suara BJP berkurang dibandingkan tahun 2014 dan 2019.
Berbeda dengan kedua pemilu tersebut, ketika BJP memenangkan mayoritas dengan sendirinya dengan perolehan 543 kursi. Kali ini partai tersebut hanya mendapatkan 240 kursi alias membutuhkan 272 kursi lagi untuk membentuk koalisi dan pemerintahan.
Sementara aliansi oposisinya, INDIA, yang dipimpin oleh Partai Kongres, memperoleh lebih dari 200 kursi. Ini jauh lebih tinggi dari prediksi exit poll.
BJP sendiri sebenarnya memiliki koalisi, tergabung dalam Aliansi Demokratik Nasional (NDA). Namun kenyataan baru ini membuat harus bergantung pada mitra aliansinya untuk meloloskan undang-undang.
"Negara ini telah mengatakan kepada Narendra Modi 'Kami tidak menginginkanmu'," kata politisi lawan Modi, Rahul Gandhi kepada wartawan.
"Saya yakin masyarakat negara ini akan memberikan respons yang tepat," tambahnya.
India memang melakukan pemilihan umum terbesar di dunia. Setidaknya sebanyak 968 juta orang memilih, sekitar 66,3%, meski angka itu turun dari 2019 sebanyak 67,4% warga.
Berkurangnya suara Modi diyakini karena banyak minoritas Muslim di India yang semakin merasa tidak nyaman dengan masa depan mereka seiring persekusi kelompok Hindu garis keras di era Modi. Padahal mereka di negara yang secara konstitusional sekuler.
Modi sendiri kerap melontarkan beberapa komentar pedas mengenai umat Islam selama kampanye. Ia menyebut mereka sebagai "penyusup".
"BJP gagal meraih mayoritas suara," kata anggota Partai Kongres, Rajeev Shukla.
"Ini merupakan kekalahan moral bagi mereka," tambahnya.
Saham-saham di bursa India pun merosot di tengah spekulasi berkurangnya mayoritas akan menghambat kemampuan BJP untuk mendorong sejumlah aturan. Saham di unit utama Adani Enterprises, yang dimiliki oleh sekutu utama Modi, Gautam Adani misalnya, menukik 25%, sebelum sedikit meningkat.
"India kemungkinan akan memiliki pemerintahan NDA, di mana BJP tidak memiliki mayoritas, dan politik koalisi akan berperan nyata," kata koordinator nasional Jaringan Lokniti, sebuah program penelitian di New Delhi Pusat Studi Masyarakat Berkembang (CSDS), Sandeep Shastri, dimuat Al-Jazeera.
"Hari ini, Modi kehilangan mukanya. Dia bukan 'orang yang tidak terkalahkan' dan auranya yang tidak terkalahkan sudah tidak ada lagi," kata seorang analis politik dan kolumnis lokal Asim Ali.
Perlu diketahui sistem pemilu India tak memilih PM secara langsung. Partai yang menguasai mayoritas kursi di majelis tinggi dapat membentuk pemerintahan dan menunjuk salah satu kandidat pemenangnya sebagai PM.
Proses pemilu India berlangsung selama total 82 hari dengan pemungutan suara dilakukan dalam tujuh tahapan, mulai 19 April hingga 1 Juni lalu. Warga memilij di beberapa tanggal yakni 19 April 2024, 26 April, 7 Mei, 13 Mei, 20 Mei, 25 Mei, dan 1 Juni 2024.
Pemungutan suara diadakan selama tujuh hari karena pemerintah akan mengerahkan pasukan keamanan berjumlah besar untuk memeriksa pelaksanaan pemilu, memastikannya bebas dari kekerasan dan upaya kecurangan. Pada 4 Juni kemarin perhitungan suara dilakukan.
(sef/sef)