Apakah Mudah Memindahkan Pabrik-Pabrik dari China ke RI Cs?
Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan muncul tentang China sebagai pusat manufaktur. Perusahaan perdagangan Allianz Trade mengatakan China akan tetap menjadi pemasok penting bagi dunia dan upaya melakukan decoupling (pemisahan) akan sulit dilakukan.
Meskipun ada pembicaraan tentang pemisahan dan pengurangan risiko, perusahaan-perusahaan Eropa terlihat masih tetap optimis mengenai prospek di negara tersebut. Bahkan hampir 40% perusahaan di Jerman dan Spanyol serta lebih dari 30% perusahaan di Perancis memperkirakan jejak rantai pasokan mereka di Chin tetap akan meningkat.
Hal ini berbeda dengan di Amerika Serikat (AS). Berdasarkan laporan yang sama, hanya 27% perusahaan yang disurvei di AS berencana melakukan ekspansi di China.
"Perusahaan-perusahaan Eropa jelas tidak terlalu khawatir dibandingkan perusahaan-perusahaan AS," ujar Kepala Riset Ekonomi Allianz Trade, Ana Boata, dikutip dari CNBC International, Jumat (17/5/2024).
Secara rinci, survei Allianz Trade dilakukan ke 3.000 perusahaan di China, Perancis, Jerman, Italia, Polandia, Spanyol, Inggris, dan AS. Survei tersebut disurvei mengenai prospek perdagangan global mereka pada tahun 2024.
Lebih dari sepertiga responden berencana untuk meningkatkan jejak mereka di China. Sementara hanya 11% mengatakan mereka akan menguranginya.
"China tetap menjadi pemasok penting dunia, dan pemisahan penuh dari China tampaknya sulit, bahkan mustahil," menurut laporan yang sama.
Sementara itu di China sendiri, perusahaan-perusahaan semakin optimis untuk mengekspor ke negara lain. Lebih dari satu dari sepuluh eksportir di negara itu- terbesar kedua ke AS setelah Meksiko- memproyeksikan peningkatan ekspor sebesar lebih dari 10%, lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang sebagian besar mengharapkan peningkatan ekspor sebesar 2% hingga 5%.
"Eksportir China lebih optimis dibandingkan (negara lain) dalam survei ini," kata ekonom senior untuk Asia Pasifik di Allianz Trade, Francoise Huang.
"Tahun lalu adalah tahun yang buruk bagi ekspor secara keseluruhan, kita mengalami resesi perdagangan global. Oleh karena itu, menurut kami responden dalam survei kami sangat optimis," tambahnya.
Namun kekhawatiran tetap ada. Tentunya, ini terkait lanskap geopolitik, termasuk risiko terkait kekurangan bahan baku, tenaga kerja, dan pembiayaan.
"Sekitar 73% responden mengatakan risiko terkait politik dan proteksionisme adalah kekhawatiran utama mereka. Para eksportir masih khawatir mengenai gangguan rantai pasokan, dengan 31% responden menempatkan risiko transportasi di antara tiga risiko utama mereka dan 28% memasukkan risiko kekurangan bahan baku," kata laporan tersebut.
Perang Rusia-Ukraina terus menjadi risiko geopolitik terbesar yang diperkirakan akan menghambat rantai pasokan oleh perusahaan. Sementara perang dagang antara AS dan Tiongkok merupakan ancaman terbesar bagi perusahaan-perusahaan dengan rantai pasokan panjang dan lebih dari 50% produksi asing.
Pindah ke Asia Pasifik?
Meskipun perusahaan mungkin tidak sepenuhnya memisahkan rantai pasokan dari China diversifikasi masih mungkin dilakukan. Asia Pasifik dikatakan jadi pertimbangan.
Sekitar 48% eksportir AS yang memproduksi di China atau memiliki pemasok di sana mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan negara-negara di Asia-Pasifik dalam upaya diversifikasi mereka. Wilayah Amerika Latin juga disebut.
"Relokasi di wilayah yang sama dan mendekati pantai tampaknya menjadi tren yang lebih disukai," kata laporan tersebut lagi.
"Hanya 5% responden yang berpendapat bahwa tren reshoring akan berbalik dalam dua tahun ke depan, sementara hampir 30% memperkirakan tren tersebut akan meningkat," tambah laporan merujuk istilah reshoring, saat sebuah perusahaan membawa kembali bisnis manufaktur dan pelayanan dari luar negeri ke AS.
(sef/sef)