
Muncul Kabar Baik dari China, Ekonom Wanti-wanti Hal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pabrik China tumbuh selama dua bulan berturut-turut pada April, memberikan kabar baik bagi pemerintah yang berjuang untuk menghidupkan kembali perekonomian di tengah lemahnya permintaan domestik dan sektor properti yang terpuruk.
Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS), Selasa (30/4/2024), indeks manajer pembelian (PMI) - ukuran utama output pabrik - berada pada angka 50,4 atau sedikit lebih tinggi dari level 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.
Meskipun turun dari bulan Maret, angka tersebut mengalahkan perkiraan analis Bloomberg sebesar 50,3 dan menandai kelanjutan pertumbuhan setelah kemerosotan lima bulan yang dimulai pada akhir 2023.
Pihak berwenang telah berjuang untuk memacu pemulihan ekonomi sejak menerapkan langkah-langkah pengendalian Covid yang ketat pada akhir tahun 2022.
China terus berjuang melawan krisis di pasar properti yang dililit utang, dengan harga rumah yang merosot dalam beberapa bulan terakhir, sementara penjualan ritel terpukul oleh buruknya permintaan domestik.
Sementara itu, perlambatan global melemahkan permintaan produk-produk negara tersebut di luar negeri.
"Sektor manufaktur terus berada dalam kondisi pemulihan dan perkembangan," kata NBS dalam sebuah pernyataan.
Namun, pertumbuhan tersebut dianggap masih rentan karena sisi permintaan yang sejatinya masih lemah.
"Data PMI bulan April menunjukkan bahwa produksi meningkat tetapi pesanan baru melemah dibandingkan bulan lalu," tutur Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, kepada AFP.
"Hal ini mencerminkan permintaan dalam negeri masih cukup lemah."
Beijing pada awal Maret mengumumkan tujuannya untuk mencapai pertumbuhan tahunan 5% pada tahun 2024, sebuah target yang dianggap ambisius oleh banyak ekonom.
Para pejabat dalam beberapa bulan terakhir telah mengumumkan serangkaian tindakan yang ditargetkan dan penerbitan obligasi negara untuk meningkatkan belanja infrastruktur dan menghidupkan kembali kegiatan ekonomi - dengan hasil yang beragam.
Sementara itu, PMI non-manufaktur China, yang mengukur aktivitas di sektor jasa, berada di 51,2 pada bulan April, turun dari 53,0 pada bulan Maret dan di bawah perkiraan.
Adapun negara ini mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun lalu, menurut angka resmi yang dianggap terlalu tinggi oleh banyak ekonom, meskipun pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan terendah sejak 1990-an, selain tahun-tahun pandemi.
"Rebound ekonomi Tiongkok pada kuartal pertama sebagian didorong oleh ekspor yang kuat. Sektor properti belum stabil," kata Zhang.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat Xi Jinping! Ada Kabar Buruk dari China
