
Aktivitas Pabrik China Kontraksi, Perdana dalam 3 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pabrik diĀ China menyusut untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Mei 2024, merujuk data terbaru Jumat (31/5/2024). Ini menjadi kemunduran bagi Beijing karena sektor ini dipandang sebagai pendorong utama pemulihan ekonomi.
Menurut Biro Statistik Nasional (NBS), indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun menjadi 49,5 bulan lalu dari 50,4 pada bulan April. Angka tersebut juga lebih rendah dari perkiraan sejumlah survei 50,5.
PM sendiri adalah ukuran utama output pabrik. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi aktivitas, sedangkan angka di atas menunjukkan ekspansi.
Perlu diketahui sektor manufaktur China telah menjadi pilar penting dalam pemulihan perekonomian negara nomor dua di dunia ini. Namun konsumen China masih berhati-hati dalam berbelanja karena krisis utang yang melemahkan sektor properti.
Meskipun pihak berwenang telah mengumumkan serangkaian langkah untuk mendukung pengembang dan industri real estate. Namun para analis mengatakan masih diperlukan upaya lebih untuk menghidupkan kembali belanja konsumen.
"Kebijakan fiskal perlu lebih proaktif untuk meningkatkan permintaan domestik," kata presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, dalam sebuah catatan, muat AFP.
"Perubahan sikap kebijakan di sektor properti merupakan salah satu langkah ke arah yang benar, namun dampaknya terhadap perekonomian kemungkinan besar akan terjadi secara bertahap," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom ANZ Banking Group untuk China Raymond Yeung, memperingatkan gesekan perdagangan antara Beijing dengan Amerika Serikat dan Eropa, semakin menyusahkan para pembuat kebijakan.
"Pemulihan yang didorong oleh manufaktur masih rentan," katanya.
"Dalam beberapa bulan ke depan, meningkatnya proteksionisme perdagangan akan menjadi hambatan besar," tambahnya.
Angka terbaru ini muncul setelah Dana Moneter Internasional (IMF) pada minggu ini menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2024 dari 4,6% menjadi 5%.
Laporan tersebut mengutip proposal dukungan pasar perumahan yang diajukan Beijing baru-baru ini sebagai salah satu alasan keputusan tersebut, namun memperingatkan bahwa kebijakan industri saat ini berisiko terjadinya "misalokasi" sumber daya yang dapat merusak perdagangan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Muncul Kabar Baik dari China, Ekonom Wanti-wanti Hal Ini