RI Waspada! Peneliti BRIN-Asing Jelaskan Potensi La Nina Habis El Nino

Damiana, CNBC Indonesia
15 May 2024 13:05
Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki/File Foto)
Foto: Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki/File Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena iklim El Nino diperkirakan bakal segera menuju Netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024 ini. Dan, diperkirakan bakal dilanjutkan fenomena La Nina.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, waspada La Nina telah dinyatakan resmi oleh Biro Meteorilogi Australia (Bureau of Meteorology Australia/ BoM).

"La Nina sudah official ditetapkan oleh BoM Australia bulan ini. Pengaruh atau La Nina berdasarkan data kami hanya terjadi di sebagian Sumatra dan Kalimantan berupa kemarau basah. Kalimantan bagian tengah dan timur alami kemarau basah," kata Erma kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/5/2024).

"Sementara untuk Jawa, selama Mei-September sebagian besar mengalami musim kemarau yang normal dan cenderung minim hujan," tambahnya.

Untuk itu, Erma mengimbau, petani di wilayah Jawa mengantisipasi potensi tersebut dalam mempertimbangkan jenis tanaman yang akan ditanam. Menurutnya, tanaman palawija adalah tanaman pangan yang tepat ditanami pada kondisi tersebut.

Lalu bagaimana dengan intensitas La Nina yang diprediksi bakal menghampiri Indonesia?

"Probabilitas La Nina lemah hingga sedang terjadi selama musim kemarau," katanya.

"Terkait kenapa hanya melanda sebagian Sumatra dan Kalimantan, masih butuh kajian. Kemungkinan karena daerah konvergensi antar-tropis atau ITCZ berada di utara ekuator. Juga karena maraknya pembentukan siklon tropis di Belahan Bumi Utara. Hal ini yang membuat La Nina tidak terlalu berdampak utk wilayah di selatan ekuator," jelas Erma.

Penjelasan Lembaga Asing

Sementara itu, BoM dalam analisis terbaru yang dirilis 14 Mei 2024 di situs resminya menyebutkan, indeks ENSO saat ini dalam fase Netral. Ada tanda-tanda yang menunjukkan La Nina akan terbentuk di kawasan Samudera Pasifik menjelang akhir tahun 2024.

BoM telah menetapkan pantauan saat ini ke Waspada La Nina. Yang menunjukkan adanya 50% peluang terjadinya La Nina, mengacu pada kondisi di masa lalu.

Hasil pemodelan terbaru BoM menunjukkan, ENSO akan bertahan pada fase Netral setidaknya hingga Juli 2024. Penting untuk ditekankan bahwa tanda-tanda awal La Nina paling relevan dengan iklim tropis Pasifik.

Apa Itu ENSO?

Mengutip situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) El Nino-Southern Oscillation (ENSO) didefinisikan sebagai anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

Disebutkan, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.

Dan, ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakar ITB & BRIN Beberkan Fakta Ancaman La Nina di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular