
Biden Minggir, Putin Bakal Terbang ke China Bertemu Xi Jinping

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi China pekan ini. Ia akan bertemu dengan Pemimpin China Xi Jinping, yang disebut sebagai sahabat baiknya, demi mendapatkan dukungan lebih besar dari Beijing.
Putin akan berada di Beijing mulai Kamis hingga Jumat. Hal ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah pernyataan.
"Presiden Xi Jinping akan bertukar pandangan dengan Presiden Putin mengenai hubungan bilateral, kerja sama di berbagai bidang, dan isu-isu internasional dan regional yang menjadi kepentingan bersama," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam sebuah pengarahan, seperti dikutip AFP,
Sementara Kremlin mengatakan kedua pemimpin akan membahas "kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis". Keduanya juga akan membahas "bidang-bidang utama pengembangan kerja sama Rusia-China" dan "bertukar pandangan mengenai isu-isu internasional dan regional".
Ini akan menjadi perjalanan pertama Putin ke luar negeri sejak terpilih kembali sebagai presiden pada Maret. Ini pun merupakan perjalanan kedua ke China dalam kurun waktu enam bulan.
Perlu diketahui, China kini merupakan jalur kehidupan ekonomi penting bagi Rusia setelah Barat menjatuhkan sanksi atas serangan militernya di Ukraina.
Beijing telah menolak kritik Barat terhadap hubungannya dengan Moskow. Pemerintah Xi Jinping bahkan memuji kemitraan "tanpa batas" keduanya karena negara tersebut menikmati impor energi Rusia yang murah dan akses terhadap sumber daya alam yang melimpah, termasuk pengiriman gas yang stabil melalui pipa Power of Siberia.
Menurut data Bea Cukai China, perdagangan antara China dan Rusia telah meningkat pesat sejak invasi Ukraina dan mencapai US$240 miliar (Rp3.866 triliun) pada tahun 2023. Namun setelah Washington berjanji untuk mengejar lembaga-lembaga keuangan yang memfasilitasi Moskow, ekspor China ke Rusia merosot pada bulan Maret dan April, turun dari lonjakan di awal tahun.
Perintah eksekutif Presiden Joe Biden pada bulan Desember mengizinkan sanksi sekunder terhadap bank-bank asing yang menangani mesin perang Rusia. Ini memungkinkan Departemen Keuangan AS untuk mengeluarkan bank-bank tersebut dari sistem keuangan global.
"Rusia ingin China berbuat lebih banyak untuk mendukungnya, namun China enggan melakukannya karena tidak ingin membahayakan hubungannya dengan Barat," kata Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, Alexander Gabuev.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret 'Duet Maut', Xi Jinping Sambut Kedatangan Putin di China