Ada Perintah Baru Jokowi, Bulog Kantongi Subsidi Bunga Pinjaman 3-4,5%

Damiana, CNBC Indonesia
02 May 2024 16:50
Presiden Jokowi didampingi Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi meninjau panen padi di Jawa Barat pada Oktober 2023. (Dok: Bapanas)
Foto: (Dok: Bapanas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menaikkan target stok beras yang harus dikuasai Perum Bulog hingga akhir tahun 2024 nanti. Untuk itu, Bulog akan diberikan subsidi bunga pinjaman sebesar 3 sampai 4,5 persen.

Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Bulog bisa menguasai stok beras hingga 3 juta ton. 

Angka itu naik dari besaran stok pangan stok pangan yang harus dimiliki pemerintah sampai akhir tahun 2024 nanti yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 379.1/TS.03.03/K/11/2023 tentang Jumlah, Standar Mutu, dan Harga Pembelian Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) Tahun 2024. Yang menetapkan CPP beras tahun 2024 minimal 2,4 juta ton dengan stok akhir tahun minimal 1,2 juta ton.

"Bapak Presiden pun telah meminta stok beras di Bulog bisa capai 3 juta ton. Untuk menggapai itu, Kementerian Keuangan pun telah mendukung dengan memberikan subsidi bunga pinjaman ke Bulog, sehingga pendanaan dalam menyerap panen dalam negeri, tidak ada kendala finansial," kata Arief dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (2/5/2024).

Dia menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menetapkan besaran subsidi bunga dalam rangka penyelenggaraan CPP. Disebutkan, BUMN pangan dapat menjalin kerja sama dengan Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA)), Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA), juga bank swasta.

"Kisaran besaran subsidi bunga pinjaman yang ditetapkan antara 3 sampai 4,5 persen. Ini dapat dilaksanakan melalui 2 skema. Yaitu skema dengan penjaminan dari pemerintah dan skema tanpa penjaminan. Plafon pinjaman hingga Rp28,7 triliun merupakan pinjaman yang dapat diajukan oleh BUMN pangan guna mendapatkan fasilitas subsidi bunga dari pemerintah," ungkap Arief.

Lalu apa alasan Presiden Jokowi menaikkan target CPP tahun ini? 

Ternyata, salah satunya agar program-program penyaluran ke masyarakat lebih banyak menggunakan beras hasil produksi padi petani di dalam negeri.

"Jika stok CPP kian banyak dipasok dari dalam negeri, kita optimis program-program penyaluran ke masyarakat seperti bantuan pangan beras akan sepenuhnya menggunakan beras hasil kerja keras para sedulur petani. Apalagi estimasi produksi beras di April dan Mei bisa mencapai 8,7 juta ton. Pemerintah harus turut andil menyerapnya," terang Arief. 

"Badan Pangan Nasional akan terus memantau kinerja Bulog di daerah-daerah. Terutama perkembangan dalam penyerapan hasil panen gabah dalam negeri. Stok yang kita serap ini tentunya untuk antisipasi musim kering nanti, sehingga kita tidak terus mengandalkan importasi saja," tambahnya.

Prediksi Panen

Sementara itu, Arief memaparkan, berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional di April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di angka 3,19 juta ton.

Proyeksi ini meningkat apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada April 2023 produksi beras di 3,66 juta ton dan Mei 2023 di 2,86 juta ton.

Sebelumnya, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (29/4/2024) mengatakan, ada potensi surplus beras sekitar 800.000-an ton pada periode Januari-April 2024.

"Terkait potensi surplus beras, terlihat bahwa Januari-April 2024, kita akan mengalami surplus beras. Juga bulan Mei. Mungkin yang perlu waspada adalah bulan Juni akan terjadi defisit kalau kita bandingkan produksi dengan konsumsi bulan itu," kata Amalia.

Dia menjabarkan, pada periode Januari-April 2024, Indonesia berpotensi surplus beras sebanyak 850-an ribu ton dan di bulan Mei 2024 ada potensi surplus sekitar 620 ribu ton.

Di bulan Juni 2024, BPS memproyeksikan ada potensi defisit sekitar 450.000 ton. Perhitungan ini belum memperhitungkan impor, hanya mengacu data produksi dan konsumsi domestik.

Data perkiraan panen berdasarkan Fase Standing Crops (Fase generatif, fase vegetatif, fase vegetatif akhir, fase vegetatif awal), serta persiapan lahan amatan KSA Maret 2024.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Bulog Jelaskan Kenapa RI Butuh 2 Juta Ton Beras Impor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular